Awan dengan hujannya mewakilkan; KITA
Semenarik hujan dan awan yang seketika kembali mendung itu
menjadi nyata. Yaa,, memainkan ilusi ketidakberdayaan kita pada satu
tempat yang sama sekali tak ingin kita sentuh. Ternyata Tuhan memang
tertawa, melihat ketidakberdaayan kita yang terjebak dalam lubang
kegelapan yang selalu kita sebut penghianatan. Aku percaya, akan ada
masanya ketika kita tak lagi berkabung, ketika kita akan selalu
merindukan awan mendung dan rintikan hujan.Tenanglah sayang, masa lalu
adalah penciptaan pesta berteriak kita, pesta yang tak akan ada
ujungnya, memaki kata-kata dengan indah, dan menciptakan siluet malam
dengan kerinduan.
Akan kurayakan kesepian ini, bersama angin malam yang
menyamarkan hujan. Akan kurayakan kesakitan ini, bersama sang pencipta
dingin dari hujan. Dan akan kurayakan penghianatan ini, sebagai bentuk
kesaksian kita pada malam dengan rintikan hujan dan dingin yang selalu
menusuk kulit kita. simple? merayakan dengan hadirnya dua cangkir teh
hangat ataupun susu coklat; untukku dan kenangan kita. Kau tak usah
datang, karna kesenanganmu adalah kebahagiaan tertundaku. Simpan
keinginanmu tentang penyesalanmu, karena kata-kata tak mampu menjadi
penghapus penghianatan yang telah terjadi.
Kuputar nada melodi yang indah dan menghanyutkan setiap
jiwa-jiwa yang memperdengarkannya. Kesaksian nada memperkuat kita
menerka kehadiran hati masing-masing. Biarkan kita seperti ini, biarkan
kita tak berdaya, biarkan kita menikmati waktu yang membuat kita
menghantamnya. Karna, tanpa awan dan hujan, mungkin kita tak pernah
mengerti apa arti kebersamaan dan kesetiaan.
Label: syair, tentangCINTA
0 komentar:
Posting Komentar