BELUM SELESAI
Belum selesai.
Apa yang selama ini
menarikku keluar dari pusaran cinta, memekikan rindu yang semakin tak
beraturan. Ajaibnya, kamu ada diantara serpihan cinta setelah hancur dan
tak bisa kembali utuh. Ironisnya, kamu terlihat sebelum rindu
terpenjara dalam tahanan hati.
Entah nyata atau semu, aku ingin
menarikmu berkeliling pada sisi yang masih terkunci, membantu membuka
pintu hati sekali lagi, hanya bersamamu. Mungkin saja Tuhan akan mengiba
pada tiap-tiap kunci yang berdo’a, mengeja tiap rapalan yang terlalu
bungkam, merestui harapan yang berulang kali kita lafalkan.
Bisakah
kamu tinggal di taman hati dengan waktu yang lama? Karena itu, bisakah
kita tidak mengingat alasan bertemu di sudut hati? Aku sudah bisa
mengikis kerak hati yang berkarat, bagian itu karenamu. Karena itu,
bisakah kita saling melupa tentang alasan-alasan, seperti alasan aku
bertemu denganmu. Karena itu, aku menginginkanmu.
Yang
sudah-sudah, yang tak betah lalu kian menyerah, semoga kamu bukan
deretan lelaki pasrah. Aku ingin, kamu ingin, rindu pun kian menyergap
puing-puing hati. Maka dari itu, bisakah kamu tetap tinggal sebagai
pemeran utama? Aku sekarat jika terlalu sering menggantikan peran utama
secara berunut.
Karena aku ingin, kamu ingin, menjadi kita yang seiya, searah.
Label: harian, syair, tentangCINTA
Seiya Searah
Yang ini lebih dari sekedar tentang rindu, rindu sebelum hati
menyembunyikan rasa. Aku tau, tidak ada waktu yang salah maupun benar
untuk menebus dosa, meyakinkan pilihan dan menemukan bahagia dalam
pilihan.
Sekali lagi, ini lebih dari sekedar rindu. Teman sepi
yang selalu memutar kenangan begitu hebat. Syairnya sedikit gila,
membuat isi kepala berteriak menjamu namamu. Dan bahkan alunannya sukses
menarikku memasuki ruang hati.
Bagaimana jika kita berpura-pura
mimpi, atau menganggap keadaan ini hanya sandiwara. Memainkan peran
sesuka hati tanpa ada peran utama. Kau boleh berperan antagonis,
terserah kalau kau ingin menjadi bawang merah yang begitu kejam, atau
bisa jadi memilih jadi saudara tiri cinderella. Tapi ingat, aku tidak
ingin memainkan tokoh baik yang akan bahagia.
Karena aku bukan
tokoh dalam cerita di otakmu. Karena kau lupa, bahwa tulisan ini
bercerita tentang 'lebih dari sekedar rindu'. Dan kau, pria.
Lalu?
Biarlah
begini sampai kita mulai menyadari untuk melupakan. Melupakan
kesedihan, melupakan kesakitan, melupakan kesalahan seseorang di masa
lalu.
Biarlah seperti ini sampai kita mulai menyadari untuk
tersadar. Sadar bahwa orang-orang baik ditempatkan pada masa lalu agar
tidak salah melangkah pada bab hidup selanjutnya. Sadar bahwa Tuhan
menemui kita di waktu sekarang, pada hati yang pernah tersakiti
sebagaimana sakitnya. Dan juga sadar, bahwa 'lebih dari sekedar rindu'
yang kurasakan ini bukan lagi rasa sakit.
Ternyata, lebih dari
sekedar rindu ini adalah kesempatan memilikimu dengan perlawanan. Kenapa
demikian? Karena demikianlah pikiranku melawan takut. Yaa, Melupakanmu.
Takut tidak seiya, searah berada di ruang 'tunggu'.
Label: harian, history, tentangCINTA