Hey, You!
Label: cintapertama, firstlove, galau, history, puisi, senja, syair, tentangCINTA
BUKAN LAGI TENTANG LAYAK
DIAM
Namun aku?
Aku bisa apa selain diam dan berbisik pada hati betapa kerasnya hidup yang seakan selalu menjanjikan cerita manis semanis popcorn caramel. Aku bisa apa selain menarik diri lalu kesal sendiri pada hati yang terus membisu, terus menontonku betapa dahsyatnya gemertak gigi ini menahan untuk tetap diam.
Padahal ada beberapa bagian yang terlewati dengan sangat manis sampai melupa bahwa setiap hidup punya berbagai rasa. Sangat perlu mengucapkan, “Terima kasih// Mohon maaf // Akan membalas kebaikan suatu hari nanti.”. Namun entah mengapa sangat sulit mengeja ketika berada dihadapannya, seakan-akan mulut ini butuh waktu sekali lagi untuk bungkam sampai menunggu pada waktu yang tepat dan waktu yang sudah seharusnya.
Begitu sulit namun bukan tidak mampu, hanya saja ada hal yang aku khawatirkan adanya suatu perubahan saling bicara dan saling tatap. Tidak enak atau aku ingin tetap keadaan seperti ini, terlihat baik-baik saja. Atau seakan baik-baik saja?
Aku hanya bisa menggelar sajadah merapal do’a seraya menyebut nama yang diam-diam sudah aku cantumkan pada Tuhan. Mungkin saja Tuhan akan mengiba pada yang lemah. Ditariknya nama-nama tersebut dan diletakan pada masing-masing hati. Hingga mereka paham bahwa kebaikannya tidak sia-sia, kebaikan yang akan selalu berada pada Tuhan.
Karena diam adalah cara para pendo’a mengucapkan terima kasih dan mohon maaf lewat bantuan Tuhan.
Aku Bisa Apa?
Sebenarnya hanya itu, tapi ternyata, setelah kamu lihat metamorfosisku, ternyata, ah....
Label: tentangCINTA
Reinkarnasi Rasa
Dia bukan kamu adalah dia yang sekarang bersamaku.
Dia bukan kamu yang membuatku kecanduan, namun dia yang membuatku akan kebutuhan. Dia yang menemuiku dikala kehidupan hampir berakhir padahal sama sekali tidak berakhir. Dia yang menarikku untuk keluar dari lingkaran kesakitan. Dia, pada hal tentangku yang dapat terbaca olehnya. Dia yang diam-diam selalu mendoakanku ketika aku bersamamu. Ya,,, Tuhan yang mengabulkan permintaannya, yang ternyata do’aku disambungkan pada do’anya dalam sepertiga malam. Karena dia yang telah mencintaiku sekian lama dan bersabar menjemputku sampai pada waktu yang tepat.
Semenjak itu aku mulai melupakan rasa pedih, sakit, sesak. Ketiga kata itu tidak pernah kusentuh lagi.
Dulu aku merasa kamu naik tingkat diatasku, lebih hebat dan bahagia daripadaku karena berhasil membuatku kelu. Bisa benar memandangimu dari kejauhan dan menyalahkan diriku sendiri betapa bodohnya aku perihal kebegoan-kebegoanku bercerita pada semesta tentangmu. Menyakiti diri sendiri sampai lupa bahwa kehidupan tidak pernah berakhir meskipun kehilangan seseorang. Semua aku lalui dengan,, yah,, melihatmu bahagia dengannya.
Namun seiring dengan waktu, seiring dengan melangkah ke depan bersamanya, aku tidak lagi memikirkan tentang siapa yang lebih hebat dan bahagia dari kita. Dunia tidak seperti melihat sepotong roti yang dilapisi berbagai rasa, tapi dunia seperti apa aku menikmati sepotong roti pada rasa yang lengket di mulutku, memanggil untuk mendekat pada tenggorokanku seraya berbisik jika nanti aku akan melupa tentang rasa yang buatku sekarat.
Dan sekarang semuanya terbalik, aku tahu bahwasanya kamu diam-diam memperhatikanku. Membuka media sosialku tanpa kuketahui, menyalahkan dirimu sendiri betapa bodohnya kamu meninggalkanku. Kamu yang selalu berharap akan suatu hari nanti dapat bersamaku lagi meskipun kamu tak bisa melakukan apapun karena kesalahanmu bukan hanya padaku saja namun pada keluargaku juga.
Kamu yang masih selalu menyamakan pasanganmu denganku, tentang konyolnya pasanganmu, tentang kebaikannya dan tentang apapun yang ada pada dirinya meskipun setelahnya kamu sadar bahwasanya semua sangat berbeda. Dan meskipun sesudahnya kamu berusaha keras mengikhlaskan takdir yang telah kamu pilih.
Aku bukan terlalu percaya diri bukan pula terlalu gede rasa. Namun aku tahu, kebersamaan kita dulu bukanlah seperti bocah ingusan yang masih merengek pada cinta, lalu setelah berlalu semua akan menghilang tanpa berbekas dan bahkan aku mengenalmu tidak hanya sehari saja yang setelahnya menjadi seorang manusia di dalam semesta tanpa bertemu kembali. Jadi, paham benar perihal kamu atas kebodohanmu.
Aku mengenalmu dan biarlah semua tentangmu menjadi bagian perjalananku saja. Selebihnya, aku tidak peduli. Tidak juga menuntut untuk kau menghilang pada kehidupanku. Dan sekali lagi, aku tidak peduli sekalipun kamu masih berharap cinta akan menyatukan kita kembali.
Karena aku bukan aku yang dulu, melainkan aku dengan dia yang tidak akan kulepaskan dia begitu saja.
Tapi ada hal yang harus kamu tahu, seiring dengan berkelana mencari tujuan yang tepat dengannya, aku mulai memahami bahwa kamu merupakan seseorang yang sangat berjasa untukku. Karena dia bilang, tanpamu, aku dan dia tidak akan pernah bersama dan memahami bagaimana menjaga seseorang agar tidak merasakan kehilangan lagi. Dan dengannya pula aku mulai belajar bagaimana cara memaafkan seseorang dan tidak lagi merajuk pada kehidupan yang sempat aku rasakan pada kursi kesakitan.
Inilah aku, mereinkarnasi cinta. Pada seseorang yang tidak ingin melewatkan waktu tanpaku. Pada seseorang yang tidak akan melepaskanku begitu saja. Karena ketiga rasa itu, pedih, sakit, sesak- pernah juga dia alami sebelumku. Jadi paham betul hatinya diletakkan dan dimiliki siapa.
Dan sekarang, aku dapat tersenyum dengan bahagia. Sudah memulai satu langkah untuk menuju gerbang bahagia. Disana, gerbang bahagia kehidupan yang baru dengannya sudah dibuka. Tidak akan lagi merasakan yang-entahlah-sedemikian-sakitnya-itu. Meninggalkan kenangan dan juga kamu yang tak akan pernah kubawa pada kehidupanku bersamanya. Aku tidak ingin merusak kesetiannya hanya karena seseorang dimasa lalu yang –mungkin saja- menyesali perbuatannya.
Tapi tenang saja, aku akan mengajakmu merasakan betapa bahagianya aku sekarang. Ajaklah dia yang telah bersamamu untuk merasakan kebahagianku, dan satu hal, jangan kau pergi lagi pada seseorang yang baru dan meninggalkan dia ditengah-tengah kehidupan yang dapat menjadikannya bingung. Meskipun kamu memulai hubungan dengannya diantara kesakitanku, tapi aku tidak pantas menyalahkan kalian atas rasa yang sedemikian sakitnya. Atas kebahagian kalian yang tidak bisa kusalahkan karena kekecewaanku.
Karena ada seseorang yang mengingatkanku tentang arti memaafkan, mengikhlaskan dan bersyukur. Ya,, setelah memaafkan dan mengikhlaskan yang telah berlalu, aku semakin bersyukur memiliki dia sekarang. Ya,, seseorang yang tidak akan kubiarkan pergi.
Karena disana, dengannya, pada seseorang yang tidak akan melepaskan genggamannya padaku. Pada seseorang yang terpatri janji dan mereinkarnasi perasaan hanya denganku.
Cinta – Janji, satu pada tempat yang telah disetujui Tuhan.
Label: history, syair, tentangCINTA
PRIA
Label: harian, syair, tentangCINTA
Pada Segalamu
Label: syair, tentangCINTA
BELUM SELESAI
Belum selesai.
Apa yang selama ini
menarikku keluar dari pusaran cinta, memekikan rindu yang semakin tak
beraturan. Ajaibnya, kamu ada diantara serpihan cinta setelah hancur dan
tak bisa kembali utuh. Ironisnya, kamu terlihat sebelum rindu
terpenjara dalam tahanan hati.
Entah nyata atau semu, aku ingin
menarikmu berkeliling pada sisi yang masih terkunci, membantu membuka
pintu hati sekali lagi, hanya bersamamu. Mungkin saja Tuhan akan mengiba
pada tiap-tiap kunci yang berdo’a, mengeja tiap rapalan yang terlalu
bungkam, merestui harapan yang berulang kali kita lafalkan.
Bisakah
kamu tinggal di taman hati dengan waktu yang lama? Karena itu, bisakah
kita tidak mengingat alasan bertemu di sudut hati? Aku sudah bisa
mengikis kerak hati yang berkarat, bagian itu karenamu. Karena itu,
bisakah kita saling melupa tentang alasan-alasan, seperti alasan aku
bertemu denganmu. Karena itu, aku menginginkanmu.
Yang
sudah-sudah, yang tak betah lalu kian menyerah, semoga kamu bukan
deretan lelaki pasrah. Aku ingin, kamu ingin, rindu pun kian menyergap
puing-puing hati. Maka dari itu, bisakah kamu tetap tinggal sebagai
pemeran utama? Aku sekarat jika terlalu sering menggantikan peran utama
secara berunut.
Karena aku ingin, kamu ingin, menjadi kita yang seiya, searah.
Label: harian, syair, tentangCINTA
Seiya Searah
Yang ini lebih dari sekedar tentang rindu, rindu sebelum hati
menyembunyikan rasa. Aku tau, tidak ada waktu yang salah maupun benar
untuk menebus dosa, meyakinkan pilihan dan menemukan bahagia dalam
pilihan.
Sekali lagi, ini lebih dari sekedar rindu. Teman sepi
yang selalu memutar kenangan begitu hebat. Syairnya sedikit gila,
membuat isi kepala berteriak menjamu namamu. Dan bahkan alunannya sukses
menarikku memasuki ruang hati.
Bagaimana jika kita berpura-pura
mimpi, atau menganggap keadaan ini hanya sandiwara. Memainkan peran
sesuka hati tanpa ada peran utama. Kau boleh berperan antagonis,
terserah kalau kau ingin menjadi bawang merah yang begitu kejam, atau
bisa jadi memilih jadi saudara tiri cinderella. Tapi ingat, aku tidak
ingin memainkan tokoh baik yang akan bahagia.
Karena aku bukan
tokoh dalam cerita di otakmu. Karena kau lupa, bahwa tulisan ini
bercerita tentang 'lebih dari sekedar rindu'. Dan kau, pria.
Lalu?
Biarlah
begini sampai kita mulai menyadari untuk melupakan. Melupakan
kesedihan, melupakan kesakitan, melupakan kesalahan seseorang di masa
lalu.
Biarlah seperti ini sampai kita mulai menyadari untuk
tersadar. Sadar bahwa orang-orang baik ditempatkan pada masa lalu agar
tidak salah melangkah pada bab hidup selanjutnya. Sadar bahwa Tuhan
menemui kita di waktu sekarang, pada hati yang pernah tersakiti
sebagaimana sakitnya. Dan juga sadar, bahwa 'lebih dari sekedar rindu'
yang kurasakan ini bukan lagi rasa sakit.
Ternyata, lebih dari
sekedar rindu ini adalah kesempatan memilikimu dengan perlawanan. Kenapa
demikian? Karena demikianlah pikiranku melawan takut. Yaa, Melupakanmu.
Takut tidak seiya, searah berada di ruang 'tunggu'.
Label: harian, history, tentangCINTA
Aku Bilang, Dia..
Seperti perihal cinta. Awal tahun kemarin, aku yakin akan berjodoh dengan seseorang yang sudah bersinggah dihatiku sangat lama, tapi ternyata dipenghujung tahun, aku dibersamakan dengan orang baru, orang yang mampu berdiam dihatiku sampai tiba waktu kepergiannya menuju alam lain. Ternyata kepergian itu tak selamanya menyakitkan, tak selamanya merasa kehilangan. Karena ternyata, dalam dimensi yang berbeda, Semesta tak ingin membiarkan aku jatuh di dalam lubang kecil yang kedap udara bahkan sampai membusuk dalam tumpukan tanah.
Aku masih ingat dulu, sebelum aku dan dia dekat, aku terbiasa melepas hijab di depan umum. Namun sekarang, adanya dia aku selalu diingatkan, bahwa hijab bukan candaan hidup yang dilalui tanpa mengenal dosa atau pahala sekalipun. Pelan-pelan aku mulai menyadari bahwa muslimah memang harus menutup aurat, pelan tapi pasti aku mulai memperdalam ilmu bagaimana menjadi wanita sholehah dan setelah proses itu selesai, mulai sekarang aku ingin memantaskan diri untuk Tuhan dan untuk bagiannya, dalam sisi yang masih aku telusuri.
Padahal dulu, dia bukan pria baik-baik, bukan pula pria yang mampu mendekatkan diri pada Tuhan. Bahkan sebelum aku dan dia menyatu, dia terlalu jujur menjelaskan aib yang pernah dia lakukan. Tapi setelah aku dan dia bersama, malah dia yang selalu sering mengingatkan beribadah, membangunkan aku disepertiga malam, bahkan mampu memberikan pencerahan tentang hidup dan agama dengan 'gaya konyolnya' tapi dapat membuat aku terkagum. Aku tak peduli seberapa buruk masa lalunya, karena aku ingin menyibukkan diri berjuang agar aku dan dia mendapati tempat paling indah di surga nanti.
Dia juga seorang pria sederhana, tak pernah membangga-banggakan kemewahan. Aku menyukai seseorang seperti itu, tidak mengumbar cinta dengan barang yang dia miliki. Bahkan ketika dia mendapat rezeki atau hal yang membahagiakan dia, dia selalu berucap, "Alhamdulillah, aku senang karena bersyukur punya kamu." Meskipun lelah karena kerja seharian, dia juga selalu berucap, "Alhamdulillah, gak apa-apa capek asal aku bersyukur punya kamu." Dan bahkan ketika aku dan dia bercanda dan aku mengatakan dia aneh, jawaban dia tetap sama, "Yang penting aku bersyukur punya kamu."
Dia seperti taman yang teduh, yang sangat berduri jika dipandang terlalu lama. Dia berbulu mata lentik, alis tebal dan bahkan manik mata kecoklatan mampu menyihir pandangan setiap kali aku berhadapan dengannya. Gayanya yang konyol, terkesan apa adanya dan tidak melebih-lebihkan keadaan semakin membuat aku merasakan bersyukurnya memiliki. Bahkan satu hal yang membuat aku terus bersyukur memilikinya, yaitu dapat membimbingku agar tidak lagi tersesat di jalan, sendirian.
Yang terakhir, aku tidak mau lagi sering berpergian, berkelana yang tak pernah ada ujungnya. Bahagiaku ingin dibersamakan dengan dia, karena sudah terlalu letih mencari jalan, terlalu sakitnya tertusuk harapan dan keterlaluan jika melakukan hal itu lagi. Aku tidak ingin menjadi bodoh, membenarkan kata-kata bijak tentang bahagia tidak harus memiliki. Toh, aku bahagia memilikinya, bersyukur tak terbatas menikmati hadiah Semesta.
Meskipun aku yakin, suatu saat nanti kepergian akan terulang kembali. Tapi nanti, di waktu yang tepat ketika jalan menuju bahagia disela jemarinya akan terus menggenggam tangan ini sampai Tuhan berkata, "Waktu kalian telah berakhir."
Label: harian, history, tentangCINTA
BAGIANMU TELAH BERAKHIR
Label: syair, tentangCINTA
Catatan Anak Buangan
Selamat memilih dan selamat pergi.
Gue, Arga.
Label: harian, history, tentangCINTA