Hidup masih baik-baik saja, tanpa Kamu- Koe-Ente-Lo!
Label: history, tentangCINTA
Keheningan Kata
Di ruang keheningan, kata-kata terus berteriak dalam
pikiran kita untuk mengakhiri semua gelisah. Tapi ego kita terus bermain
dalam satu ruang, memainkan pikiran agar tak sepakat dengan hati. Hanya
diam yang bercerita, hanya sepasang mata kita yang bermain melingkari
pusaran tanda tanya.
Selalu seperti ini, tak penat untuk
menyudahi kebisingan hati. Seharusnya kita memulai lebih dulu untuk
berteriak jangan menyerah, karena ku tahu, perkara cinta akan melemah
pada kesetiaan. Hanya saja kita bukan penyihir yang
merapal mantra, agar musuh akan terkalahkan. Kita hanya manusia yang
saling mencinta dan butuh waktu untuk merapal kata pisah, agar ego
terkalahkan.
Kamu—seseorang yang berdiam di ruang hati sangat
lama, tapi pada akhirnya ingin menghembuskan nafas kebebasan dan menjual
hatiku pada orang lain dengan alasan belum menjadi dewasa.
Perlu
aku ingatkan padamu tentang perihal dewasa. Menjadi dewasa adalah
pemikiran rumit, mereka bijak untuk meninggalkan seseorang yang
menyakiti mereka. Buat apa terjebak masa lalu jika pada akhirnya
menyakitkan dan mematikannya.
Tapi lain denganku, aku tidak
ingin menjadi dewasa, aku ingin menjadi anak kecil saja. Dengan begini,
jika kamu menyakiti diriku, aku akan bertahan dan tak menyerah
mempertahankanmu. Apalagi kamu juga masa laluku, tetapi aku memilih
terjebak bersamamu agar kamu terus ada di masa depan aku.
Aku
tak mempermasalahkan berapa kali menangis dan memohon agar dipersatukan
kembali denganmu. Berpuluh kali pulang dalam penantian, tetap saja,
menunggumu berarti melenyapkanku. Taka apa, asal kebersamaan kita
kembali utuh seperti masa lalu.
Jika memang
perpisahan adalah jalan terbaik untuk kehidupan kita, seharusnya tidak
ada luka dan air mata untuk sebuah perubahan. Membiarkan menyesali untuk
keputusan yang kita anggap benar dan membodohi pikiran yang kita anggap
baik.
Seharusnya tidak ada alasan untuk membiarkan kita
berkelana sendiri-sendiri dan menempati ruang yang baru. Aku terlalu
takut akan hal itu. Aku takut kamu terlena dalam ruang baru yang mungkin
menipu, sehingga lupa kapan kembali pulang di waktu yang tepat.
Karena kita
bukan Adam dan Hawa, yang terpisah jauh lalu berkelana menemui satu
titik untuk kembali bersama. Kita hanya manusia biasa, butuh uluran
tangan untuk sama-sama melewati hidup, butuh penopang jika diantara kita
ada yang terjatuh, dan juga butuh penyemangat disaat salah satu dari
kita tengah putus asa.
Tapi, jika kamu benar-benar ingin berpisah…
Aku ingin berucap untuk terakhir kalinya:
“Dan jika menyakitimu adalah sebuah dosa, akan aku buat kebahagiaan sebagai bentuk pertobatan.”
Ini bukan puisi, karena aku bukan penyair. Ini tentang membaca kisah, yang harus diselesaikan dengan tulisan. Karena kita tidak bisa melawan ketidakbisaan berbicara saling pandang.
Lewat tulisan ini, semoga kamu mengerti.
Label: history, tentangCINTA