BUKAN LAGI TENTANG LAYAK
Jumat, 20 Juli 2018
Diposting oleh
Risty putri indriani
Pict by wokeeh.com
Ini bukan lagi tentang aku yang selalu terlihat baik-baik
saja. Bukan pula tentang aku dengan semua penerimaan hidup.
Ini bukan lagi tentang cerita mengadu pada langit,
menitik air mata pada hujan lalu setelahnya berusaha menerima pada pelangi.
Bukan pula tentang kisah-kisah roman picisan yang disimpan jingga pada senja.
Ini bukan lagi tentang melukai dan bukan juga tentang
bagaimana caranya aku bahagia.
Tapi ini tentang rasa yang tidak kamu rasa.
Kamu tidak tahu, ada hati yang sudah terlalu lama
menyimpan perasaan sampai berkali-kali mengganti kunci karena selalu mendobrak
pintu dengan kencang untuk berteriak bahwa ini menyakitkan. Tidak. Kamu tidak
tahu.
Jika sesudahnya kamu merasa aku layak mendengar semua
tentang cerita-cerita kamu. Aku tidak peduli. Aku butuh kamu ketika kamu sedih
bahwasanya masih ingat ada sandaran bahu yang siap menopang. Aku juga tidak
peduli seberapa sering kamu melewatkan pandangan yang terluka di kedua mataku
asal kamu bahagia. Aku pengecut memang. Membiarkanmu tertawa bersama orang lain
dan nyaman berada didekat lelaki itu.
Asal kamu bahagia, aku-pun demikian. Karena demikianlah
aku mencintaimu dalam diam. Kebisuan yang tercipta setiap kali ada didekatmu
seakan-akan berpesta dalam kebodohan. Mungkin juga bodoh bahwa setiap kamu
sudah terlelap tidur disana, diam-diam aku merapal do’a yang sama, menyebut
nama kamu dalam titik persinggahan. Yakni pernikahan.
Sejauh kamu berkelana, bersinggah pada tempat manapun,
ingatlah bahwa hati ini sebenar-benarnya persinggahan yang baik buatmu.
Menunggumu mengunjunginya dan menutup pintu rapat-rapat biar tidak ada orang
yang bisa merusaknya. Mungkin bukan sekarang, karena sekarang aku masih orang
bodoh yang tidak tega membiarkanmu terkunci rapat di ruangan ini, biarlah kamu
mencari tempat yang baik buatmu sampai lelah. Karena ketika lelah, tanpa kamu
sadari pintu itu menghampirimu sendiri.
Meski tidak terlihat dan hanya sekelebat saja aku
dimatamu. Setidaknya aku percaya bahwa rasa inI layak kamu miliki. Karena aku
hanyalah manusia biasa yang bisa mencintai apa adanya dan seada-adanya. Tidak
sedikit dan berlebihan karena berusaha sempurna untuk kamu miliki.
Meski sampai saat ini menyakitkan, tapi aku bisa apa
selain menunggu. Menunggu yang tidak pasti untuk seseorang yang sudah mengelak
menerima perasaan ini. Menunggu yang tidak ada ujungnya, kekecewaanmu dulu
ketika aku menolakmu sudah tidak layak dijabarkan pada garis takdir. Entah
karma atau tidak, setidaknya aku menyukai kamu yang sekarang, menerimaku ada
diantara kesedihanmu.
Terima kasih telah menerimaku kembali dalam bentuk
pertemanan meski kamu pernah sangat kecewa. Setidaknya itu yang selalu ku ucap
pada hati yang sudah terlalu lama berteriak, “Aku mencintaimu.”
Percayalah akan suatu hari nanti, dimana kamu sudah tidak
bisa lagi sendirian karena butuh uluran tangan untuk berjalan, butuh penopang
dikala jatuh dan butuh seseorang untuk mengingat kembali berdiri kuat, ada aku
yang sudah siap menggenggam erat tanganmu untuk menuntunmu kembali pulang.
Langganan:
Postingan (Atom)