Keheningan Kata

Rabu, 02 April 2014

Di ruang keheningan, kata-kata terus berteriak dalam pikiran kita untuk mengakhiri semua gelisah. Tapi ego kita terus bermain dalam satu ruang, memainkan pikiran agar tak sepakat dengan hati. Hanya diam yang bercerita, hanya sepasang mata kita yang bermain melingkari pusaran tanda tanya.
Selalu seperti ini, tak penat untuk menyudahi kebisingan hati. Seharusnya kita memulai lebih dulu untuk berteriak jangan menyerah, karena ku tahu, perkara cinta akan melemah pada kesetiaan.  Hanya saja kita bukan penyihir yang merapal mantra, agar musuh akan terkalahkan. Kita hanya manusia yang saling mencinta dan butuh waktu untuk merapal kata pisah, agar ego terkalahkan.

Kamu—seseorang yang berdiam di ruang hati sangat lama, tapi pada akhirnya ingin menghembuskan nafas kebebasan dan menjual hatiku pada orang lain dengan alasan belum menjadi dewasa.

Perlu aku ingatkan padamu tentang perihal dewasa. Menjadi dewasa adalah pemikiran rumit, mereka bijak untuk meninggalkan seseorang yang menyakiti mereka. Buat apa terjebak masa lalu jika pada akhirnya menyakitkan dan mematikannya.

Tapi lain denganku, aku tidak ingin menjadi dewasa, aku ingin menjadi anak kecil saja. Dengan begini, jika kamu menyakiti diriku, aku akan bertahan dan tak menyerah mempertahankanmu. Apalagi kamu juga masa laluku, tetapi aku memilih terjebak bersamamu agar kamu terus ada di masa depan aku.

 Aku tak mempermasalahkan berapa kali menangis dan memohon agar dipersatukan kembali denganmu. Berpuluh kali pulang dalam penantian, tetap saja, menunggumu berarti melenyapkanku. Taka apa, asal kebersamaan kita kembali utuh seperti masa lalu.  

Jika memang perpisahan adalah jalan terbaik untuk kehidupan kita, seharusnya tidak ada luka dan air mata untuk sebuah perubahan. Membiarkan menyesali untuk keputusan yang kita anggap benar dan membodohi pikiran yang kita anggap baik.

Seharusnya tidak ada alasan untuk membiarkan kita berkelana sendiri-sendiri dan menempati ruang yang baru. Aku terlalu takut akan hal itu. Aku takut kamu terlena dalam ruang baru yang mungkin menipu, sehingga lupa kapan kembali pulang di waktu yang tepat.

Karena kita bukan Adam dan Hawa, yang terpisah jauh lalu berkelana menemui satu titik untuk kembali bersama. Kita hanya manusia biasa, butuh uluran tangan untuk sama-sama melewati hidup, butuh penopang jika diantara kita ada yang terjatuh, dan juga butuh penyemangat disaat salah satu dari kita tengah putus asa.

Tapi, jika kamu benar-benar ingin berpisah…

Aku ingin berucap untuk terakhir kalinya:

“Dan jika menyakitimu adalah sebuah dosa, akan aku buat kebahagiaan sebagai bentuk pertobatan.”

Ini bukan puisi, karena aku bukan penyair. Ini tentang membaca kisah, yang harus diselesaikan dengan  tulisan. Karena kita tidak bisa melawan ketidakbisaan berbicara saling pandang.

Lewat tulisan ini, semoga kamu mengerti.


0 komentar:

battlepujangga

Cute Running Puppy
RISTY PUTRI INDRIANI

Category list

Ads

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Blogger news

Clapping Hands

Twitter

Blogger templates

Clapping Hands
Clapping Hands