Aku Bilang, Dia..

Rabu, 17 September 2014


Aku tidak pernah meminta pergi atau menyuruh seseorang menahanku pergi. Karena bagaimanapun,  berdiam di 'rumah kehidupan' seseorang juga bisa sebagai penguat hidup disaat hampir terjatuh. Ketika berpisah pun juga tak lupa, bahwa kepergian bukan seperti permainan yang akan diulang kembali jika melakukan salah strategi. 

Seperti perihal cinta. Awal tahun kemarin, aku yakin akan berjodoh dengan seseorang yang sudah bersinggah dihatiku sangat lama, tapi ternyata dipenghujung tahun, aku dibersamakan dengan orang baru, orang yang mampu berdiam dihatiku sampai tiba waktu kepergiannya menuju alam lain. Ternyata kepergian itu tak selamanya menyakitkan, tak selamanya merasa kehilangan. Karena ternyata, dalam dimensi yang berbeda, Semesta tak ingin membiarkan aku jatuh di dalam lubang kecil yang kedap udara bahkan sampai membusuk dalam tumpukan tanah.

Buktinya, aku merasa kehadirannya -seseorang yang sanggup menggantikan orang lama- sebagai pembuka jalan setelah sekian lama pintu perjalanannya terkunci. Mencari sampai bersinggah dihati seseorang yang ternyata bukan pemilik kunci. Aku heran sekali, bagaimana takdir terlalu cepat menyatukan aku dan dia namun mampu membuat adanya perubahan-perubahan manis dalam kehidupan.

Aku masih ingat dulu, sebelum aku dan dia dekat, aku terbiasa melepas hijab di depan umum. Namun sekarang, adanya dia aku selalu diingatkan, bahwa hijab bukan candaan hidup yang dilalui tanpa mengenal dosa atau pahala sekalipun. Pelan-pelan aku mulai menyadari bahwa muslimah memang harus menutup aurat, pelan tapi pasti aku mulai memperdalam ilmu bagaimana menjadi wanita sholehah dan setelah proses itu selesai, mulai sekarang aku ingin memantaskan diri untuk Tuhan dan untuk bagiannya, dalam sisi yang masih aku telusuri.

Padahal dulu, dia bukan pria baik-baik, bukan pula pria yang mampu mendekatkan diri pada Tuhan. Bahkan sebelum aku dan dia menyatu, dia terlalu jujur menjelaskan aib yang pernah dia lakukan. Tapi setelah aku dan dia bersama, malah dia yang selalu sering mengingatkan beribadah, membangunkan aku disepertiga malam, bahkan mampu memberikan pencerahan tentang hidup dan agama dengan 'gaya konyolnya' tapi dapat membuat aku terkagum. Aku tak peduli seberapa buruk masa lalunya, karena aku ingin menyibukkan diri berjuang agar aku dan dia mendapati tempat paling indah di surga nanti.

Dia juga seorang pria sederhana, tak pernah membangga-banggakan kemewahan. Aku menyukai seseorang seperti itu, tidak mengumbar cinta dengan barang yang dia miliki. Bahkan ketika dia mendapat rezeki atau hal yang membahagiakan dia, dia selalu berucap, "Alhamdulillah, aku senang karena bersyukur punya kamu." Meskipun lelah karena kerja seharian, dia juga selalu berucap, "Alhamdulillah, gak apa-apa capek asal aku bersyukur punya kamu." Dan bahkan ketika aku dan dia bercanda dan aku mengatakan dia aneh, jawaban dia tetap sama, "Yang penting aku bersyukur punya kamu."

Dia seperti taman yang teduh, yang sangat berduri jika dipandang terlalu lama. Dia berbulu mata lentik, alis tebal dan bahkan manik mata kecoklatan mampu menyihir pandangan setiap kali aku berhadapan dengannya. Gayanya yang konyol, terkesan apa adanya dan tidak melebih-lebihkan keadaan semakin membuat aku merasakan bersyukurnya memiliki. Bahkan satu hal yang membuat aku terus bersyukur memilikinya, yaitu dapat membimbingku agar tidak lagi tersesat di jalan, sendirian.

Yang terakhir, aku tidak mau lagi sering berpergian, berkelana yang tak pernah ada ujungnya. Bahagiaku ingin dibersamakan dengan dia, karena sudah terlalu letih mencari jalan, terlalu sakitnya tertusuk harapan dan keterlaluan jika melakukan hal itu lagi. Aku tidak ingin menjadi bodoh, membenarkan kata-kata bijak tentang bahagia tidak harus memiliki. Toh, aku bahagia memilikinya, bersyukur tak terbatas menikmati hadiah Semesta.

Meskipun aku yakin, suatu saat nanti kepergian akan terulang kembali. Tapi nanti, di waktu yang tepat ketika jalan menuju bahagia disela jemarinya akan terus menggenggam tangan ini sampai Tuhan berkata, "Waktu kalian telah berakhir."


BAGIANMU TELAH BERAKHIR

Jumat, 12 September 2014

Kepadamu, kutitipkan kenangan yang baru saja selesai menyimpan ingatan begitu rapih. Lipatan-lipatan masa lalunya dibungkus cantik bersama do'a. Masanya telah berakhir. Semua pemberian darimu telah mencapai puncak bahagia, meski telah menghujam hati berkali-kali. Terasa pedih memang, tapi aku bisa apa selain meletakanmu dalam deretan seseorang yang telah berjasa merubah hidupku menjadi lebih baik.

Karena bagianmu telah berakhir.

Susah memang melepaskan sesuatu yang ternyata bukan milikku. Tapi mungkin saja, Tuhan ingin melihat aku tersenyum lebih indah dari biasanya meski tanpa memiliki. Karena aku yakin, pelan-pelan semua akan terlupakan, pelan tapi pasti semua akan berjalan tanpa memaksakan kehadiranmu lagi.

Aku akan terus berjalan, dengan atau tanpa kerinduan ingin bersama. Karena kesedihan bukan kesalahan berada bersamamu, tapi karena terlalu sulitnya kita mencari bahagia. Kesulitan yang terhalang egomu. Pasti dengan kamu membaca ini, kamu akan berkomentar "Siapa yang ego, aku atau kamu?!" -Dengan nada tinggi dan kedua alis yang terangkat.

Dengan komentar seperti itu, tanpa dijawab pun akan tahu jawabannya.

Ah,, Sudahlah,, akupun juga tak ingin membahas 'salah-jalan-yang-kita-lalui' karena masanya telah berakhir dan dengan itu berakhir pula harapan-harapan dalam penyatuan janji, rapalan do'a dan perjuangan yang kusebut 'kebodohan'. Aku tak menyesal separuh hatiku pernah singgah dalam hidupmu, karena dengan begitu aku jadi mengerti bagaimana cara agar keluar dari terjebaknya sakit-hati.

Terima kasih telah memberikan arti begitu nyata tentang bagaimana meletakkan cinta yang sesungguhnya. Aku ingin cepat-cepat tulisan ini berakhir, jadi, boleh kita melepaskan genggaman sekarang? Aku akan berjalan ke arah yang lain, yang pintunya masih terkunci, yang belum mengalami kerusakan fatal sampai tak bisa dibenahi seperti jalan yang kita injak sekarang. Jadi, tolong lepas genggaman sekarang juga.

Selamat jalan, dan selamat tinggal.... Aku beri kau hadiah terakhir berupa kenangan..





Catatan Anak Buangan

Senin, 23 Juni 2014



Seharusnya bagian prolog ini nggak membunuh gue. Seharusnya ada rangkaian kata yang lebih hebat daripada prolog yang menyebalkan seperti ini: 
“Terdengar suara burung, teriakannya seperti meremehkan diri gue yang telah terbiasa dengan keadaan pecundang. Bahkan, sampai suara angin yang sanggup menggugurkan daun, seakan mewakilkan diri gue yang semakin lama menggugurkan kekuatan.”
Itu prolog kampungan, bisa-bisanya ngeremehin gue. Gue yakin, mereka nggak suka sama kedatangan gue dalam kehidupan ini, karena memenuhi kuota manusia yang masuk ke dalam daftar buangan.  Karena awalnya, gue emang buangan, deretan pecundang yang layak dijadikan predikat nol. Nol dalam pernyataan, “Lo cuma penuhin sampah di bumi ini.”
Boleh gue kesal sendiri dengan kata-kata jagoan? Seperti brengs*k, F*ck, Atau bisa jadi still a little b*tch! Karena semakin lama, gue sadar, apalah arti kehidupan yang terbentang dengan megah jika dindingnya banyak duri yang siap menusuk gue ketika gue melangkah. Padahal gue udah mohon-mohon pake nunduk ke benda-benda beracun itu, agar menyudahi semua kesakitan. Tapi, ahh,, lagi-lagi semua berakhir sia-sia. Gila,, disangka gue besi baja kali ya, yang mampu dan sanggup berdiri kuat ketika dihujam berkali-kali.
Semua ini tentang kehidupan, kerap kali keluar-masuk lingkaran yang bias untuk merasakan perasaan yang beragam. Terbiasa menahan sakit, terbiasa menertawakan diri sendiri, terbiasa bahagia diantara kekalahan, terbiasa berharap untuk menyudahi keadaan dalam ketiadaan, terbiasa sendirian untuk mematahkan putus asa, terbiasa (menghayal) hidup mewah diantara dua lembar uang dua puluh ribu rupiah dan juga,, terbiasa,, ditinggalkan seseorang disaat hati mulai ingin membuka lembaran baru.
Perkara hati merupakan perkara jatuh cinta. Perihal cinta yang membuat gue bodoh, bisa-bisanya gue masih menetap dalam ketidaktetapan, namun mampu membuat gue berusaha untuk menjadikan sebuah ketepatan yang tepat untuk menempati ruang tersebut. Gue nggak menyalahkan takdir yang terkadang sering bercanda dengan lelucon-lelucon keadaan. Mencoba membunuh gue secara perlahan karena gue nggak layak ditempatkan dalam kehidupan ini.
Kata-kata kebodohan, kesal sendiri dengan ucapan-ucapan yang nggak pantas terlontar—itu diperuntukan untuk diri gue sendiri. Gue nggak menyalahkan semua orang yang seenaknya keluar masuk dalam kehidupan gue, walau hanya beristirahat sejenak lalu meninggalkan ampas yang efeknya bisa buat gue sekarat. Sesakit apapun dalam kehidupan gue, setidaknya gue berterima kasih pada mereka karena telah mengajarkan gue bagaimana cara bertahan ketika reruntuhan hidup terasa nyata.
Tapi disini, gue nggak mau bahas tentang masa lalu yang kerap kali membuat gue ketawa sendiri dengan kebodohan-kebodohan yang lugas, meskipun sampai saat ini gue masih merasa tersiksa dengan kehidupan gue sendiri.
Disini, gue mau bahas tentang elo. Anak baru yang belum bisa ngebaca taktik jitu untuk meruntuhkan dinding tak kasat mata. Mencoba berlagak hebat, layaknya jagoan yang nggak pernah merasa kalah tanpa ampun. Lo keren, lo super dan lo merasa yakin dengan semua cara yang menurut lo paling ampuh untuk meruntuhkan semua tembok yang menghalangi jalan lo dikehidupan gue. tapi, lo lupa, hanya gue yang sanggup memegang peranan utama dalam kehidupan yang nyata.
Lo masih belum bisa ngebaca, bagaimana cara gue sanggup bertahan ketika gue jatuh tersungkur dengan kesakitan yang telah diperbuat oleh masa lalu gue. Cewek semacam elo, nggak bisa berbuat apapun, selain jadi patung manekin yang dipajang berjejer di etalase.
Gue butuh orang yang sanggup mengeluarkan gue dari lubang kesakitan untuk menuntun gue menuju rumah baru. Bukan ngeliatin gue dari atas sana hanya untuk berteriak menanyakan keadaan gue tanpa berusaha untuk menolong gue. Gue butuh orang yang sanggup bertahan dengan keadaan sampai gue bebas. Jangan terus tanya bagaimana caranya, tapi terus bekerja agar tahu caranya.
Dan untuk hal itu, lo belum sanggup. Lo belum bisa menerima kenyataan pahit kalau gue masih berada dideretan orang-orang yang nggak layak untuk hidup. Padahal, jika lo terus bertahan dengan keinginan lo bersama gue, akan ada waktu yang tepat  menyadarkan gue atas perjuangan elo yang terus berusaha narik gue untuk menjauh dari kesakitan-kesakitan itu. Bukan begini caranya, meninggalkan gue ketika gue pesimis dengan kehadiran lo.
Mungkin, untuk saat ini, lo nggak nampak dikehidupan gue. Tapi gue yakin dengan suatu hari nanti, dimana ketika perjalan gue sudah tidak ada dinding benda beracun itu, satu-satunya orang yang akan gue temui cuma elo. Karena sampai saat ini, nggak ada satupun dalam kehidupan gue yang berani hadir menampakan dirinya dihadapan gue. Mereka cuma ngintip lalu pergi gitu aja setelah tahu kalau gue masih menjabat predikat pecundang.
Memaksakan itu bukan perkara hebat. Dan gue nggak pernah memaksakan lo untuk terus sanggup dan berdiri kuat disaat gue terlelah dalam sembarang waktu. Bahkan disaat elo mulai merasakan sakit hati.
Tentang sakit hati bukan persoalan dia yang telah mengecewakan, dia yang gelap mata dengan kehadiran kita yang terus setia, bukan juga tentang dia yang bodoh tidak merasakan kehadiran kita yang benar-benar menyayanginya. Tapi ini tentang diri sendiri, bercermin atas kesalahan sendiri. Mengapa orang yang disayangi memilih pergi. Ini yang perlu dikoreksi dalam kehidupan kita sendiri. Apakah selama ini cara kita belum benar untuk mengaplikasikan semua kebaikan untuk dia.
Yaa,, ini berlaku juga untuk gue ke elo, ketika lo merasa kecewa dan memilih pergi karena nggak sanggup berusaha mengeluarkan gue dari lubang masalah. Gue sadar, kalau sikap gue yang salah. Namun, gue nggak bisa berbuat apapun selain menatap kepergian lo yang semakin lama semakin menjauh. Karena sekarang ini, gue pun masih belum tahu bagaimana caranya berusaha keluar  mengejar lo untuk menemani gue sekali lagi.
Sekarang lo udah mengerti, kehidupan orang yang ada disekeliling lo merupakan pembelajaran bagaimana menjadi seorang wanita yang tangguh.


Selamat memilih dan selamat pergi.


Jakarta, 23 Juni 2014.






Gue, Arga.


Terlalu Bodoh

Minggu, 08 Juni 2014



Jangan terlalu bungkam, jika hati tak bisa memilih diam.
Jangan terlalu tak acuh,  jika perasaan terus bergejolak ingin berteriak.
Jangan mengelak, jika menginginkan bersama.

Kita telah dipertemukan, dan biarkan Tuhan yang mengizinkan untuk menyudahinya. Karena sekeras apapun kita menjauh, ada hati yang dapat menyatukan kita dengan saling mengikat rasa. Rasa dan asa yang menyatu menjadi suatu perpaduan karsa. Kita disini ada, hanya saja pikiran yang membuat kita menjadi hampa.

Sudah kau katakan berkali-kali bahwa takdir akan mempertemukan kita dalam titik perjalanan disaat kita telah berserah. Namun kau lupa, bahwa takdir akan menyerah jika kita terlalu pasrah dengan langkah perjalanan. Karena pasrah lain dengan berserah yang selalu kau artikan sama.

Hubungan pertemanan dengan rasa yang mengikat, semakin mengutuk langkah hidup yang kita anggap salah. Menginjak serpihan luka yang selalu disebut perjuangan. Mungkin saja kita sama-sama bodoh, saling percaya pada ketidakpahaman, bahwa cinta butuh saling mengikat bukan membiarkan berjuang sendiri. 

Ya,, kita bodoh,, atau hanya aku yang bodoh? Tidak tahu bahwa kebersamaan membutuhkan saling mengenal sifat, mengikat kehidupan dan mengetahui cara berjalan bersama. Karena aku baru memahami jika ‘rumah’ tidak akan terbuka untuk mereka yang terlalu asing dengan realita. 

Sepertinya hanya aku yang bodoh. Karena di sini, yang baru saja kau pahami dan baru saja kau tempati setelah kamu memilih keluar lagi, ada hati yang memilih senyap, memendam kecewa setelah (pernah) merasakan keterpurukan. Mencoba berkisah pada senja, agar angin membawa semua rindu untuk kelak. Ketika takdir memang mempertemukan.

Ternyata hati ini terlalu malu untuk berkata, bahkan meragu ketika rasa terburu-buru ingin berteriak. Sebagaimana tentang penyatuan, hati memilih pasrah dan terdiam ketika kamu memilih pergi. Tidak ada kata-kata, tidak ada perlakuan khusus dan seakan-akan hidup ini tidak terjadi apa-apa. Tapi, tahukah kamu? Aku menyiksa diri sendiri dengan kondisi yang aku ciptakan, terlalu pengecut untuk berteriak “Jangan pergi!” bahkan,, aku terlalu takut menggenggam tanganmu agar kamu tetap di sini selama mungkin.

Ini memang bodoh, sangat bodoh, membiarkan hati meronta kesakitan. Namun, aku bisa apa, hanya do’a yang ku punya agar kita dipertemukan dalam sebuah keabadian dan bukan sebagai pertemanan lagi. Setelah aku pernah menjalani kehidupan yang menyayat hati.

Aku tak mempersalahkan seseorang dari masa lalu yang menghadiahiku dengan rasa sakit dan memberikan kenangan kelam. Karena aku tahu, bahwa hidup harus menerima dengan tulus, bahwa hidup harus terus diperbaiki menjadi lebih adil. Karena setidaknya, sang masa lalu pernah memberikanku kebahagiaan dan mengajarkanku bagaimana menghargai kehadirannya.

Namun untuk yang satu ini, ketika Tuhan mempertemukan kita di waktu yang seharusnya berbahagia tanpa mengenal rasa, aku memilih bungkam, aku memilih tak peduli meskipun hati selalu meronta kesakitan.

Biarlah kamu pergi dan biarlah do’a bekerja sebagai pengantar rindu untuk kelak, ketika kita dipertemukan setelah semua terpatri keabadian.


Jakarta, Kafe Kopi namun menyesap harap
Juni 2014
 


Lagu Juga Bisa Bicara

Jumat, 06 Juni 2014



Cara mudah untuk mengetahui perasaan seseorang dapat dilihat dari lagu yang sering dia putar. Meskipun orang itu akan mengelak, namun nggak bisa dipungkiri kalau lagu yang diputar terus-menerus menghasilkan nyawa yang dapat mewakilkan keadaannya.

Seperti sekarang ini, gue nulis blog sambil dengerin lagu Last Kiss  - Taylor Swift  yang di cover sama Boyce Avenue. Awalnya gue puter cover lagu Boyce Avenue karena nggak ada pilihan lagu lagi untuk mengantar gue menemui dunia khayalan. Namun ternyata, semakin lama dengar, semakin tertarik dengan suaranya bahkan,, ehm,, tertarik sama wajahnya Alejandro Manzano. Bukan hanya itu, ternyata cover-nya Boyce Avenue tanpa sadar udah buat gue selalu bilang “Iya,, itu tuh yang mau gue omongin..!!” #penulisgalau #penulisjomblo 

Mungkin, bisa jadi,, suara Alejandro Manzano juga dapat membuat kalian mewakilkan perasaan –dengan doi, maka dari itu gue mau beri kebahagiaan di tulisan ini, gue akan kasih tahu tiga lagu yang di cover Boyce Avenue dan satu lagunya sekaligus maknanya eeaa.  Semoga  lagu yang di cover Boyce Avenue dapat menemani kalian menjelang tidur sambil peluk guling dan mikirin dia. #jombloberjama’ah. Pahit.

1.        LAST KISS – Taylor Swift (Boyce Avenue feat Megan & Liz)

Intro lagu ini 27 detik, pas banget waktu Joe Jonas putusin Taylor Swift hanya dalam 27 detik. Maka dari itu, ini termasuk salah satu persembahan lagu Taylor Swift untuk Joe Jonas. Yaah,, yang sabar ya mbak Taylor,, 27 detik itu waktu yang nggak lama kok untuk ngerasain gimana rasanya nunggu.. Lebih baik begitu dari pada diputusin pake segala digantungin apalagi diselingkuhin dalam waktu yang lama banget. *lupakan

Nah, lagu ini pas deh buat kalian yang pernah diputusin. Catat! DIPUTUSIN!

I still remember the look on your face. Seharusnya tidak ada pertemuan awal dan akhir jika akhirnya kamu memilih pergi, memberikan sebuah janji meskipun hanya kita yang tahu. Aku tak tahu caranya menjadi sesuatu yang kau rindukan, sebab semuanya telah pergi dan kamu telah menjauh. Selebihnya, hanya namamu yang ku sebut dalam penantian akhir.

I do remember. Caramu berjalan sambil memasukkan tangan ke saku, bahkan caramu menciumku saat aku sedang mengatakan sesuatu. Namun sekarang, itu hanya kenangan seiring dengan kabarmu yang menghilang. Just like our last.

Gue berasa lagi dicengin sama Alejandro Manzano pake lagu ini. #okefix

2.       Say Something Christina Aguilera (Boyce Avenue ft Carly Rose Sonenclar)

Say something I’m giving up on you, sorry that I couldn’t get to you, anywhere I would’ve followed you, Say something I’m giving up on you..

Say something. Katakanlah sesuatu setelah aku menyatakan perasaanku padamu meskipun aku akan berhenti berharap padamu. Jangan terlalu bungkam dengan ucapanmu, itu akan membunuhku secara perlahan. Kita sudah kenal lama, lantas, mengapa kamu tidak bisa mengatakan sesuatu agar aku tahu, bahwa sepantasnya aku tak terlalu banyak berharap menjadi orang yang kau cintai.

You’re the one that I love and I’m saying goodbye. Kamu merupakan orang yang kucinta setelah sekian lama aku terpuruk. Namun, setelah pernyataan yang tak pantas kau dengar bahwa aku mencintamu, aku akan menjauh.  Katakanlah untuk awal dan akhir, bahwa aku tak pantas berharap meski bukan menjadi sepasang kekasih.

Makasih Alejandro Manzano, semoga ‘orang baru’ itu ngerti.

3.        Skyscraper – Demi Lovato (Boyce Avenue ft Megan Nicole)

Lagu ini punya makna yang dalam banget untuk memotivasi seseorang ketika putus asa sampai akhirnya mampu bangkit dari keterpurukan. Seperti Demi Lovato yang baru keluar dari pusat rehabilitasi.

You can take everything I have. Kamu dapat mengambil semua yang aku miliki, bahkan dapat menghancurkannya. Seperti langit yang menangis dan memaksaku untuk menangkap air matanya, karena aku tak punya kesempatan untuk berlari.   

Skyscraper (Pencakar Langit). Pergilah kau sejauh mungkin bersama dengan pecahan kaca yang pernah merobekku layaknya sebuah kertas. Sementara aku tetap disini sampai melihatmu jatuh ke bawah. Setelah itu, aku akan pergi ke atas mendekati awan, seperti pencakar langit yang selalu bertahan ketika masalah datang menghampiri.

Boyce avenue sukses meng-cover lagu ini menjadi lebih hidup dan lebih fresh untuk terus bangkit. 

4.        Broken Angel – Boyce Avenue



 Lagu yang menceritakan seorang pemuda yang mencintai tetangganya, seorang gadis yang bertahan dan memperjuangkan perasaan cinta kepada ayahnya meskipun ayahnya terus mencampakannya berkali-kali. Ini lagu, lagu yang sukses buat gue duduk di teras sambil mengenang rumah ini yang pernah dihuni bokap—sebelum dia memilih pergi. Dan sempat senyum-senyum sendiri melihat tiga rumah disamping rumah gue itu dulunya ditinggalin oleh ehm,,, yaudahlahyakalaumasalalujangandibahas.

You showed him all the best of you. Kamu telah menunjukan yang terbaik padanya meskipun menurutnya bukan sebuah perbuatan yang baik. Namun kamu mampu berjuang dengan air mata kesalahan walau selalu berakhir dengan keadaan yang tak menginginkan dirimu. Sebenarnya ini bukan kesalahanmu, air mata yang jatuh tidak layak untuknya bahkan tidak pantas untuk diratapi.

Broken angel. Andai saja kamu tahu jika aku merasakan kepedihan saat melihatmu menghancurkan mimpimu dan saat kamu mulai tidak percaya jika cinta akan mempertahankanmu, mungkin kamu tidak pernah merasakan kehilangan ketika dia meninggalkanmu sendirian. Dan kini, kau mulai tumbuh, masih menganggap bahwa kamu patut disalahkan. Namun sungguh,, itu bukan salahmu… selamanya bukan salahmu.

Terima kasih telah menciptakan lagu ini sebagai kotak yang tepat untuk menyimpan semua kenangan yang selalu berusaha untuk dilenyapkan.

5.       ………

Sekarang giliran kalian mengisi lagu yang paling tepat untuk mewakili kehidupan kalian.

Selamat bermusik, selamat bernyanyi dan selamat ber-oh lagunya gue banget- gitu. Untuk videonya, kalian cari sendiri aja yaa di youtube :D


battlepujangga

Cute Running Puppy
RISTY PUTRI INDRIANI

Category list

Ads

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Blogger news

Clapping Hands

Twitter

Blogger templates

Clapping Hands
Clapping Hands