K A M U

Jumat, 20 September 2013


Mungkin, aku memang bukan yang terbaik untukmu—bukan sama sekali. Tetapi aku bersikeras untuk mampu mempertahankanmu dalam mengoyakan masa depan kita.  Menjiwai tanpa batas naluri keingkaran yang kita miliki. Menempuh ruang yang tak bisa kita  goreskan sama sekali.

          Aku percaya, akan ada suatu hari nanti. Dimana kita menembus ruang tersebut dan membiarkan kita menempatinya. Aku percaya bahwa semuanya tak akan menjadi sia-sia belaka. Membiarkan dinding kosong dan rapuh tak terurus.

          Aku mengamati bagian-bagian kata dari Ghie yang dikirim lewat message. Semua yang dia untai membuatku semakin memburu keindahannya. Bagaimana bisa rasa itu hadir dalam batas kata-kata tanpa pernah bertemu dengannya?

          “Namanya juga cinta, mau gimanapun elo ngelupainnya. Lo bakalan inget dia terus!” Kana langsung membuyarkan pengamatanku pada message Ghie. 

          “Siapa juga yang mau ngelupain dia. Gue lagi berbunga-bunga liat smsnya dia.” Ku sodorkan ponselku dihadapannya, agar Kana percaya bahwa aku tidak ingin melupakan Ghie.

Memang tidak! Siapa yang ingin melupakan seseorang yang begitu romantis dan memberikan derasan kepercayaan bahwa jarak bukan alasan untuk tidak menjadi sepasang kita. Semua akan selalu terkenang menjadi impian dalam harapan. Ghie satu-satunya orang yang membuatku berada di garis start dan melaju bersama-sama pada garis finish.

“Lo belum pernah ketemu dia tapi lo bisa jatuh cinta ya sama dia? Aneh.” Ucapnya sembari menyeruput cokelat panas yang telah dia pesan sepuluh menit yang lalu.

Tahu apa mereka tentang kita?

Sore yang tampak begitu memikat, meredamkan cahaya menyengat menjadi bersahaja. Sudut-sudut jendela kafe telah dipenuhi oleh sepasang muda-mudi menikmati suasana sambil bersantai-santai. Beberapa diantaranya terlihat begitu bahagia menatap pasangannya seraya menyeruput secangkir cokelat panas yang meleleh di mulutnya.

Aku akui, aku menginginkan moment seperti itu. Bersama Ghie menghabiskan waktu lalu bercengkrama dengan hangatnya senja dan membiarkan aku terlupa dengan letihnya kehidupan. Aku menginginkannya—setidaknya sampai pada suatu hari nanti.

“Lo pengen kaya dia ya?” Kana menebak pikiranku lewat tatapanku yang tak henti-hentinya menatap sepasang kekasih berada diseberang mejaku.

“Naluri anak muda Na.” Jawabku sambil terkekeh

Kana menggelengkan kepala, dalam pikiran Kana banyak ucapan yang tak dia lontarkan untuk menyadarkanku bahwa Ghie adalah ‘teman pena’ yang tak tahu apakah dia benar-benar baik atau hanya keisengan belaka. Dan semua itu sudah kuterka apa yang berada di pikiran Kana, dia menginginkan aku mencintai seseorang yang wajar dan berada dalam kota yang sama.

“Lo kaya nggak ada cowo lain aja.” Kana menopang kepala dengan tangannya, menatapku dengan penuh harapan untuk menyadarkanku dari semuanya.

“Yang lain emang banyak Na, kalo cinta? Cinta kan ngga tertebar dimana-mana. Yang ngasihkan Tuhan Na, gue gak minta. Gue mah bersyukur aja dan jalanin sama dia. Gue yakin! Gue—”

“Udah udah! Iya gue ngerti. Tapi kalo sampe tuh cowok menghilang tanpa jejak. Ngeblock sosmed, ganti nomer terus pindah rumah jangan nangis loh!” ancamnya.

Aku hanya bergidik sambil tersenyum lepas padanya. Yah, namanya juga jatuh cinta. Semua orang yang berusaha untuk menjadi penyelamat tiap sepasang kekasih yang memutuskan untuk berkomitmen adalah mereka yang tak pernah mengerti bagian dengan cara lain yang disebut dengan indah dalam semu.


Kebisuan Kata

Ku ketuk ponsel pada dahiku, ku eratkan jemariku memeluk ponsel yang tak berbunyi sama sekali. Hampir seharian—aku terlalu malu untuk memulai sesuatu yang semestinya aku yang memulai. Aku terlalu pengecut untuk bertanya Lagi apa Ghie? / Kok ngga ada kabar sih? Atau sekedar menyapa namanya saja.

Dengan perasaan cemas, aku membuka twitter dan mencari user-nya. Kulihat timeline-nya sama sekali tidak ada tweet dia hari ini. Dia benar-benar menghilang seperti tertelan bumi. Membiarkanku harus berdamai dengan hati berkali-kali. Aku terus berpikir positif, mungkin dia sedang tidak ada pulsa atau mungkin tengah sibuk mengurusi kegiatan kampusnya.

Ketika ku terjaga dalam kesunyianku, ponselku berbunyi. Cepat-cepat kubuka dan ternyata dari Ghie. Wajah sumringahku terpancar beserta tulisan loading yang membuka smsnya. Tetapi ternyata sedikit demi sedikit aku membacanya, rasa tertusuk itu menyergap kekhawatiranku yang telah menjadi bisu.

Maaf untuk kesekian kalinya, semua perjalanan ini telah ditakdirkan untuk kita. Aku hanya berharap kita terus berdo’a tanpa mengharapkan lagi apa yang belum pasti. Maaf sekali lagi, berikan manfaat waktumu dipergunakan sebaik mungkin, bukan menggenggam ponsel dan merayu dalam sms. Semangat buat masa depanmu!

Aku ingin marah! Aku ingin berteriak! Aku ingin memaki diri kita! Mengapa seperti ini? Mengapa tidak kita bicarakan bagaimana kita mempertahankan ini semua? Mana janji kita? Mana kepercayaan kita akan suatu hari nanti? Dimana letak salahnya kita!

Air mataku telah membasahi wajahku dengan derasnya, mengapa aku terlalu bodoh untuk terlalu percaya hanya pada kata-kata yang diuntai. Ternyata memang benar apa yang dilihat oleh Kana, mereka yang memberikan pencerahan menggunakan cara berpikir adalah mereka yang memutar otak dengan logika bukan terlena pada perasaan seperti aku yang tengah mengalaminya.

Kamu kenapa bilang kayak gitu, aku masih sayang sama kamu—Aku mencoba untuk memperbaiki semuannya dan mengirimkan sms untuk menjawab semua kalimat Ghie.

Kamu itu orang yang setia. Sayang kalo kesetiaan kamu dipergunakan untuk orang yang nggak pernah ketemu kamu—balasnya.

Ku hembuskan nafasku perlahan untuk memberikan ketenangan dalam hati. Hatiku terasa sakit meskipun aku tak pernah bertemu dengannya lalu melihat seperti apa dan bagaimana. Perkenalan dengannya yang hanya terpaut sebulan, membuat separuh hatiku benar-benar berada bersamanya.

Aku berusaha tegar dan menerimanya, memang yang tak bisa tersentuh dan tak bisa digenggam dengan erat akan terlepas dengan mudah lalu menghilang tanpa jejak. Dan sekarang aku memilih menghapus nomor ponselnya lalu mengganti nomor ponselku bahkan memblock sosmed agar dapat melupakannya sehingga terbiasa tanpa ada rajutan kata-kata lagi.  



Kenangan Itu..

Masih ingatkah kamu tentang janji yang mempersatukan kita? Tentang kenangan gerbang yang indah di pelupuk mata? Aku masih menguncinya dengan rapat lalu membiarkan hatiku  menempati yang terindah hingga detik ini.

Semua perkenalan ini, semua perjanjian ini hanya mampu menembus rasa keegoisanku.  Membiarkan aku menunggumu dalam ingatan bahkan membiarkanku membunuh kebahagiaan.

“Apa gue bilang! Lo sih ngeyel gue kasih tau dari dulu.”

Aku bertekuk lutut melemaskan semua beban yang hinggap dalam tubuhku, andai saja aku berpikir logika seperti mereka yang masih mencoba untuk memikirkan masa depan, mungkin aku tak akan terlena pada bualan janji-janji Ghie.

“Namanya juga cinta Na.”

“Hah! Cinta? Itu yang dimaksud cinta? Nggak pernah ketemu lo bilang cinta? Sumpah! Lo orang aneh yang pernah gue temuin.” Kana mengaduk-aduk cokelat panas untuk yang kesekian kalinya.

Kafe cokelat yang menjadi teman sepi bahkan kebahagiaanku menjadi saksi bagaimana aku dapat merasakan hal tak mengenakan yang selalu ku tepis dalam pikiranku, bagian ku anggap baik adalah bagian mengkhianati, sepertinya aku yang menghianati karena terlalu percaya dengan seseorang yang tak pernah ku temui sama sekali.

“Sekarang lo udah ngertikan? Gimana rasanya kalo cinta itu belum pernah lu temuin sama sekali. Sebenarnya lo itu bukan ngerasain cinta, tapi ngerasain terhanyut pada puitisnya. Coba lo bayangin, kalo seandainya dia bapak-bapak yang nyamar jadi anak muda dan dia ngambil keputusan kaya gini karena ketahuan anak istri, lo bisa apa?”

Aku tak berkutik mendengar ucapannya, bisa jadi seperti itu. Mengapa aku tak sejauh itu berpikir? Mengapa aku terhanyut pada kata-kata? Ah! Sepertinya memang aku tak pantas berlarut-larut dalam kesenduan bahkan kesendirian. Tapi aku tak munafik! Aku masih mencintainya. Entah rasa cinta yang seperti apa, aku merasa kehilangan.

Sejauh apapun kamu menempatiku pada posisi yang terlewat sedikitpun, aku mencoba untuk tetap bertahan. Membiarkanmu menyadari arti hadirku sesungguhnya. Tanpa bisa membunuh harapan pada semesta.

Biarlah kamu membuatku berlumur pada kesakitan. Karena sesungguhnya cinta adalah yang benar-benar memahami bagaimana merasakan sakit yang tak kunjung lenyap. Bukan membuat bahagia menjadi sepi, membuat ketenangan menjadi gundah.

“Dan biarkan cinta memihak padamu yang sesungguhnya mengisyaratkan kebaikan hati. Karena sesungguhnya cinta takkan terletak dihati yang salah.”

Aku mendengar suara seseorang dibalik punggungku mengucapkan untaian kalimat yang sangat kukenali. Perlahan-lahan kubalikkan tubuhku untuk menatap seseorang yang tengah berdiri dibelakangku.

“Naomi Natasya..” dia menyebut namaku sambil tersenyum dengan hangat.

Aku menatapnya. Sepertinya aku mengenali pria berbadan tegap dengan alis tebal, membuat dirinya semakin tampan. Poni rambut untuk menutupi dahinya, tertiup oleh angin yang masuk dari jendela kafe, memperjelas tatapan kedua matanya.

Kana berdiri dan mendekati pria tersebut, “Maaf ya Sya, gue ngerahasiain ini dari lo. Ini surprise buat orang yang benar-benar mencintai dengan tulus.” Ucapnya terkekeh.

“Maaf Sya, kalo waktu itu aku sms kaya gitu sama kamu. Aku mau tau apa kamu bener-bener takut kehilangan aku. Dan ternyata…” Pria tersebut menggantungkan kalimatnya, memancarkan lesung pipit lalu membuat kedua pipinya memerah.

“Aku sayang banget sama kamu Sya…” Pria tersebut merentangkan tangannya ingin memelukku.

Dengan perasaan yang tak bisa kujelaskan satu persatu, aku berdiri dan langsung memeluk tubuhnya yang hangat. Membiarkanku menenggelamkan semua rasa kecewa, merubah cara pandangku tentangnya. Aku melupakan semuanya bahwa cara perkenalan yang baik adalah berjabat tangan lebih dulu, tetapi aku merasakan pertemuan ini adalah pertemuan yang berulang-ulang dan aku berhak memeluknya.


“Aku juga sayang sama kamu Ghie, jangan pernah tinggalin aku sendirian lagi.”


cerpen-kamu


LEBIH INDAH DARI JARAK DAN WAKTU

Kamis, 22 Agustus 2013

Bagaimana Tuhan menghadirkan rasa hanya dalam setiap kata-kata yang kita ciptakan?


Ini bukan hanya sepasang kekasih yang berbaur dengan ucapan dalam diam, lalu merangkai indah dalam keheningan yang ditawarkan oleh kerinduan. Terpaut jauh menemani kesendirian kita dalam pengharapan yang begitu bias. Kamulah penciptanya, pemegang peranan penting dalam sepasang kita yang terhalang dengan jarak. 

Terkadang aku mengutuk rasa yang semestinya hadir pada sepasang yang saling menggenggam erat pada lekukan tangannya. Mengikrarkan janji bersama dengan hembusan nafas lalu memberikan suasana dimana hanya kita yang berada disana. Tetapi kita berbeda, hanya dengan satu persatu kata membuat kita menitikan do’a tanpa kita tahu siapa kita sebenarnya. 

Apakah kita sama-sama bodoh? Menganggap semua wacana hidup yang ditawarkan semesta adalah takdir yang membawa kita menjadi sepasang kekasih? 

Apakah kita sama-sama merindu saling mencinta? Menganggap semua yang kita rasakan adalah bulir-bulir yang kita sebut asmara? 

Rasa kita seperti mengoyakan kertas menjadi serpihan-serpihan kecil, tertiup angin lalu berserakan tak menentu arah. Hilang bahkan mengendap dalam kikisan tanah. Membiarkan hati kecil kita menunggu untuk menyudahi penat dalam kepercayaan pada kata. 

“Kamu harus sabar, kita pasti akan bersama selamanya.” 

Deretan kata yang ku sebut rapalan do’a membuatku sedikit demi sedikit berdamai dengan hati. Membiarkan waktu terlena pada masa yang semestinya membuat kita jauh, bukan 
membuat kita menghentik an cerita yang biasa. Bagaimana sebuah kata menjadi luar biasa? Semua karena kamu. 

Kamu, adalah pesta dalam. pikiranku. Membuatku berteriak pada malam, membiarkan menikmati kesendirian sampai pada akhirnya hanya kata-kata yang menemani diam. 

Biarkan jarak membunuh waktu—menghentikan lalu mempersatukan kita yang memburu rindu. Sebab, cinta kita adalah pertanyaan, belum terjawab pada waktu yang berbeda. Yang masih menunggu permainan selesai dan menunggu kita berada di garis finish. 

Kamu senyawa dalam pikiranku, membuat aku berulang-ulang memimpikan takdir mempersatukan kita. Tidak dengan jarak, tidak dengan kata-kata dan tidak ada alasan apapun yang menyudahi semua ketidakpastian ini. 

Karena aku percaya, akan ada masa dimana kita tak lagi berkabung dan membiarkan hati kecil kita menyampaikan pada isyarat malam untuk membawa rindu kedalam pelukanmu. 



Teruntuk kamu; tepat berada di dalam mati. Membiarkan meniti kemufakatan rasa-pikiran-janji 
Bekasi, 22 Agustus 2013  


Bisikan Rasa

Senin, 19 Agustus 2013


Sudut matamu membisikan hati yang mengalunkan nada cinta untuk kita perdengarkan setiap hari.
Senyum indahmu menjadikan fatamorgana dalam senja yang tak dapat memperdayakan waktu.

Entah nyata atau semu, aku hanya mengetahui bagaimana Tuhan membiarkan kita berteduh pada ruang hati, membakar semua rasa sedih, menyediakan ruang kebahagiaan lalu mengibarkan kesetiaan yang telah melekat.

Pertemuan itu lagi! Getaran itu lagi! Semestinya kita merasakan serpihan hati hampir menyembunyikan waktu. Mengecup kebersamaan kita dan membuat semua menjadi nyata.
Tuhan mengizinkan, lalu izinkan aku berdiam sebentar untuk tinggal lebih lama pada hatimu.

Aku dan kamu adalah senyawa dalam rasa, Membaur dengan rindu, meresap pada hati..
Semua luka, air mata, kehilangan adalah jatuh cinta tanpa jeda..
Pernahkah kamu membaca cinta dalam perkara jeda?
Jeda yang memburu untuk nenuliskan kata Cinta dengan lipatan waktu. Nyatanya, kamu tak perlu waktu, bacalah disetiap petunjuk gerak rasaku. Tak perlu nanti, karena 'kelak' hanya milik mereka yang tak pernah mengecap rasa rindu..

Ada rindu yang menyeka, menyempurnakan bait garis waktu.. pada saat itu, aku mengeja bahagia dengan berulang-ulang padamu..
Kamu,, adalah perjalananku dengan do'a, menerjang badai dengan ketabahan sekaligus tempat berlabuh yang telah terselimuti kenyamanan. Adakah tempat untukku bersadar pada letupan rindu?

Biarkan aku bertempat dihatimu, karena tidak ada alasan untuk mengadu pada malam, mengadu pada senja dan membiarkan rindu menjadi angin..
Biarkan selamanya menetap lalu bahagia membanjiri jemari kita..
Tetapi, bila memang takdir dimiliki oleh Tuhan.. Jangan pernah menyalahkan Cinta, jangan pernah menyalahkan waktu, sebab kita berada disini sama seperti takdir; dihati Tuhan.

Teruntuk kamu—tepat berada dalam goresan kata yang kusebut rapalan do’a untuk kelak ketika Tuhan merestui kita.


Tuhan Kita Berbeda - #kesenduankerinduan

Rabu, 15 Mei 2013

Ternyata kamu masih sama seperti dulu,, masih bisa tersenyum meski waktu yang sangat lama memisahkan kita. Bercengkrama dengan altar yang membosankan nampak terlihat indah. Itulah kamu, semburat wajah yang teduh membuat aku semakin merindu.

"hampir setahun"

Aku menyetujuinya, ya hampir setahun kita tak pernah bertemu. terpenjara dalam dunia gadget. Hanya hati kita masing-masing yang sangat tahu bagaimana kehadiran kita disini membuat waktu tak bersepakat dengan kita, begitu cepat berputar Dan membuat semua ucapan kita begitu tak jelas.

Aku masih ingat sebelum kita belajar untuk menghapus semua rasa cinta untuk berubah menjadi kebencian yang harus hancur dalam sekejap. Semua senandung rindu, semua senandung cinta dan semua janji-janji kita adalah kekuatan untuk menghukum ketidakberdayaan. Bagaimana rasa ini hadir dan bersemayam setiap kita menguatkan rasa yang semestinya tak pernah ada. Tapi sesudahnya, belajar untuk merubah cinta menjadi kebencian adalah segala sesuatu yang salah.

"emang awalnya udah salah, udah tau beda agama tetep aja cinta"

Jika aku diberi satu permintaan, maka akan kupinta membelokan takdir sehingga tidak bertemu denganmu. Itu cukup, karna yang tak kulihat adalah yang tak akan kusuka. Semua yang hinggap didalam hati sudah menjadi kehendakNYA. Aku bisa apa? Berdo'a dan berusaha sudah kulakukan, tapi hasilnya?

Tenggorokanku mencekat, terasa sakit setiap aku menatap wajahmu. Wajah yang membuat rindu tetap ada disetiap ingatan kini hadir dengan keadaan yang Sama, hanya saja kamu tampak terlihat lebih tegar. Ku pikir keadaan kita akan tetap sama, menahan rasa tangis yang tak bisa kita bendung. Tapi aku salah menilai..

"aku udah punya pacar, yang sama kaya agamaku."

Sudah cukup-- aku terlalu bodoh sangat mempercayai semua kehadiran cinta yang bersusah payah kita pertahankan, kupikir selama ini adalah waktu untuk mencari cara agar kita bersatu, tapi ternyata kamu mencari Cara untuk menghindariku..

"terima kasih"

Terima kasih telah memberikan waktu yang indah..
Terima kasih telah mencoba memberikan perjuangan yang sepantasnya tak diperjuangkan.
Terima kasih telah menjadi yang terhebat untuk kisah kisah hidup kita..

Terima kasih Semesta....


Bekasi, dalam balutan kenangan diantara jajaran imajinasi..


ABRAKADABRA CINTA

Minggu, 21 April 2013


Sudut-sudut kedai kopi dikawasan kemang sudah tampakterlihat sepi, satu persatu orang yang berkerumun telah meninggalkan cangkiryang tersisa hanya ampas kopi  dan meletakkanlembaran uang tip disamping cangkirnya. satu dua orang bahkan sekelompok oranggonta-ganti menghampiri gue, walau sekedar bertanya “Kok bisa?” atau “gimanacaranya?” dan terakhir “boleh minta nomor handphone?”

Bagi gue, pertanyaan-pertanyaan itu sudah biasa ditelingague. semenjak gue mulai serius dengan hobby sulap dan hipnotis, gue merasahidup gue selalu berpesta. Bahagia dan membahagiakan orang. Gue gak peduliseberapa banyak orang yang menduga seorang pesulap atau hipnotis semuanya bohong. Selama gue masih melihat orangtertawa atau minimal tersenyum, selama itulah gue merasa jadi orang palingberuntung sedunia.

Tapi keberuntungan gue bertolak belakang pada cinta. Lagi-lagicinta. Nama itu? Selalu membuat gue merasa menjadi pecundang. Hampir semuaorang selalu konsultasi tentang cinta mereka yang tak kunjung lenyap ataumenunggu cupid memanah sang pujaannya, layaknya seorang yang sempurnaterhadap cinta, gue selalu memberikan solusi pada mereka dan berhasil. Tapi kenapa guenggak? AH…

“Udah rapihkan semuanya. Yuk.. ntar keburu malem.” Donamenggamit tangan gue, moment-moment ini selalu membuat jantung gue berdegupkencang.

Cewek yang gak pernah bisa buat gue bersikap wajar, selalukeringetan bahkan panas dingin setiap gue natap wajahnya. Bola mata yang bulat terdapatmanik mata kecoklatan, membuat gue susah mengatur nafas yang semakin lamasemakin memburu keindahannya, kulit wajah yang putih menambah aksen keanggunandan rambutnya yang panjang dan hitam membuat Dona semakin cantik. DONA—seorang cewekyang sudah gue kenal dua tahun lamanya, dia tak mengetahuinya diam-diam membuatreward  ke gue sebagai cowok paling pengecut sedunia.

“Loh kok diem? Ayok Ri..”

“Oh iya.. ngg, ayok..”

Dona selalu menemani gue ketika gue show untuk sulap danhipnotis. Dan kehadiran Dona seakan mempunyai magnet yang selalu memberikan guesemangat. Gue merasa hidup gue seperti ketergantungan dan seakan mempunyaicandu yang harus terus-menerus berada didekat Dona jika gue butuh asupansemangat.

“Tadi permainan lo bagus banget. Selalu ada yang beda kalolo tampil.” Ucap Dona seraya melingkarkan tangannya di pinggang gue setiapberboncengan di atas motor.

Lagi dan Lagi, perasaan gue gak karuan setiap diamengeratkan pelukannya. Gue semakin tak konsentrasi tapi gue berusaha bersikapwajar.  Wangi parfumnya selalu membuatgue mabuk dan membuat gue selalu menghayal bagaimana rasanya menjadi pacarDona.

“Kan ada lo..” Gue terkekeh disusul dengan bunyi startermotor gue.

Dona mencubit perut gue dengan lembut, dan itu yang selalugue suka dari Dona. Selalu banyak cara mengambil hati gue yang semakin lamasemakin terkikis dengan ukiran-ukiran wajahnya. Tetapi entah mengapa setiap guemerayunya, Dona hanya bisa tersenyum atau sesekali tertawa tak pernah merespondengan hal-hal yang membuat gue mempunyai keberanian untuk mengungkapkan semuaisi hati gue.

“Don..”

“mmmm”
“Masih jam setengah Sembilan nih, belum malem banget. Makan yuk.”

Dona mengerutkan alisnya dan menatap wajah gue dari pantulankaca spion “Loh, tadi kan udah makan?”

“Bagi gue makan itu ya makan nasi, bukan makan kue. Gak kenyanggue.”

“mmmmm, kebiasaan deh. Yaudah..”

Gue sengaja melakukan hal itu. Selama masih ada waktu buatberdua dengan Dona, gue selalu memanfaatkan kesempatan itu. Kesempatan yang gakpernah bosan gue ulangi setiap waktunya.

***

Semilir angin malam berhembus di taman kafe yangdipenuhi dengan hiasan lampu bergantian menembus  kulit Dona yang terbalut dengan dress berwarnabiru laut. Sepertinya Dona kedinginan, terlihat Dia menghusap-usap lengannyaberkali-kali. Gue langsung memberikan jaket gue ke Dona, hal itu wajardilakukan oleh setiap cowok. Tapi alasan gue seperti ini cuma satu, semogawangi Dona melekat di jaket gue. agar bisa gue hirup setiap gue beranjak tidur.

“Thanks ya.. tau aja gue kedinginan.”

“Apa sih yang nggak gue tau dari lo.” Gue tersenyumkearahnya, entah berapa lama gue mengaduk-aduk es coklat yang ada didepan guesambil memaksa untuk menatap Dona yang sedang melahap sepiring nasi goreng seafoodyang telah terhidang.

“Don..gue mau tanya deh sama lo.”

“Yaelah tanya aja kali.”

Gue menghembuskan nafas perlahan, berharap kegugupan gueberangsur-angsur pulih.

“Don, kalo seandainya.. seandainya nih ya.. ada orang yangsuka sama lo. lo bersikap gimana?”

Dona menghentikan kegiatan makannya, Dia menatap gue lekat. Guemerasa jiwa gue semakin melayang, meninggalkan semua  rasa penasaran dan rasa pengecut gue padaDona.

“Itu gak mungkin.”

 “Maksud lo apanyayang gak mungkin?” gue menatap tatapannya yang semakin lama seperti merasakankeanehan dalam dirinya.

“Ya soalnya gue lagi suka sama seseorang.”

“Siapa?... gue?.....”

“Ng—“

Gue langsung membungkam mulutnya, menurut gue ini bukan suasana yangpas untuk bertanya lebih jauh siapa orang yang disukainya lalu mendengarkanjawabannya. Persetan dengan segala sesuatu yang membuat gue semakin pecundang. Sekaranggue nekat untuk melakukan semuanya demi Dona. Demi perasaan gue yang harusdiberikan petunjuknya.

Gue langsung menuju kepanggung kecil yang telah disiapkanoleh pemilik kafe untuk memberikan fasilitas kepada para pengunjung agar dapatmemberikan hiburan kepada pengunjung lainnya.

“Mohon perhatian untuk semuanya.” Gue mengeraskan suarasambil mengambil sebuah tisu dan korek api yang gue selipkan disaku celana.

Semua pengunjung menghentikan kegiatan makan dan cengkramannya, mereka menatap pada satu tujuan; gue. begitu juga dengan Dona,sambil memangku tangan kanannya dia menatap gue sambil sesekalimenggeleng-gelengkan kepalanya.

“Saya ingin menghimbur kalian semua dengan sulap.”

Semua pengunjung dalam kafe bertepuk tangan bersamaan denganrasa berdegup kencang gue yang semakin lama semakin tak karuan.

“Mohon bantuannya buat wanita yang diujung sana.bisa majukesini.” Gue menunjuk Dona yang masih celingak-celinguk tanda tak mengerti.

“Gue?”

Gue mengangguk tanda mengiyakan bahasa mulutnya yangmenunjuk dirinya untuk menemani gue bermain sulap.

Dengan langkah yang perlahan, Dona menghampiri gue besertatatapan para pengunjung yang bolak-balik menatap gue dan Donabergantian.

“Lo ada-ada aja si.” Dona membisikan ke telinga gue setelahdia bersisian dengan gue.

 “Udah tenang aja, loikutin gue aja. Itung-itung amal.” Gue balas membisik ke telinga Dona yangmendadak menjadi aneh.

“Oke semuanya, mungkin sulap gue terlalu simpel. Tapi gueberharap ini dapat menghibur kalian.” Gue bersiap-siap melakukan moment yangbuat gue mendadak semakin berkeringat.

“Kalian tau ini tisu, mudah terbakar.” Gue menggerak-gerakantisu kesana-kemari.

Semua orang memperhatikannya, termasuk Dona yang telahterbiasa melihat sulap gue.

“Kalo tisu ini dibakar, kalian tau ini akanberubah bentuk.”

“GAK MUNGKIIN.” Salah satu pengunjung yang memperhatikanberteriak.

“Oke akan saya buktikan.”

Gue langsung menyalakan korek api dan langsung membakartisu. Dengan secepat kilat tisu tersebut berubah menjadi sebuah bunga melatiyang cantik. Terdengar suara riuh para penonton dan memberikan tepuktangan kearah gue. Dan dengan mental yang harus gue perkuat, ini saatnya!

Gue berhadapan dengan Dona yang masih menepuk tangannyauntuk gue.

“Bunga ini, saya persembahkan untuk seseorang yang selamaini sangat saya sayang, sangat saya cintai.” Gue menggantungkan kalimat,mengumpulkan semua keberanian gue untuk meneruskan semuanya.

“Dona..”

Dona meruncingkan kedua alisnya menatap wajah gue, semburatwajah bingungnya nampak tercetak.

“Don.. gue suka sama lo.. lo mau gak jadi cewek gue.” seakanwaktu berhenti berdetak, tidak mengembalikan rasa ketenangan yang semakin lamasemakin tak dirasakan gue.

Gue berharap orang yang disukai Dona adalah gue, bukansiapapun. Gue yakin, Dona mencintai gue sama seperti gue mencintainya. Gueyakin, tidak ada cowok lain selain gue yang selama ini menemani dia dalamkesedihannya, bahkan kesendiriannya. Gue yakin, cowok yang disukai Dona adalahgue.

“Ri….” Ucap Dona dengan gusar.

Semua orang menatap gue dan Dona, ada yang berteriak “TERIMA”dan ada sesekali orang yang berteriak histeris. Pasti para cewek denganwajah mupeng ingin merasakanbagaimana rasanya menjadi Dona yang ditembak dengan suasana romantis.

“Jawab Don..”

Dona menghembuskan nafas dengan perlahan lalu menerima sekuntum bunga melati pemberiangue. waktu terasa lambat berjalan, gue ingin mengetahui isi hati Dona secepatkilat!

“Ri—“ Dona menggantungkan ucapannya, memberikan jeda yang membuat gue menerka-nerka semua perasaannya.

“Ri,, kita sama-sama cewek. Gue tau lo itu tomboy.. Lo SADAR DONG TARI!!!  DEKET bukan berarti kita PACARAN! ITU GAK MUNGKIN!”


Janji Sang Semesta

Rabu, 20 Februari 2013


Genggaman erat dalam tanganmu membuat aku semakin tak berdaya dan berat untuk meninggalkanmu sekarang. Bagaimana bisa, perbedaan kita sangat jelas nyatanya setelah Tuhan mengubah cara perasaan kita lebih dalam lagi. Aku tau, perbedaan itu indah,, tapi perbedaan kita bukan hanya keindahan melainkan pertarungan kita melawan perbedaan keyakinan kita.

“Kamu taukan, bagaimana dosanya kita kalo kita terus bersama dan melawan takdir?”

Aku hanya bisa mengangguk lesu, aku selalu merinding setiap kali kita membicarakan hal yang sama. Aku tak pernah membenci takdir Tuhan, hanya saja aku sedang bermain dengan kemalangan. Nasib yang sulit kurubah dalam waktu yang tak ditentukan. Aku hanya menunggu siapa yang lebih dulu mengalah dan bertahan dengan perjanjian kita.

“Janji Tuhan itu gak pernah main-main kan? aku percaya bahwa kita bisa nyatu.”

Kepercayaan terhadap janji Tuhan sekarang selalu ku pegang. Kita tak pernah lelah untuk berhenti mengeja tiap bait do’a-do’a dengna cara kita yang berbeda. Gelarlah apa yang menjadi kitabmu dan tak henti-hentinya ku memohon dalam kitabku. Janji tuhan itu indah sayang, biarlah cinta sejati kita bekerja tanpa ada rasa gelisah.

“Sekarang, anggap cinta kita adalah sebuah misteri dan udara. Yang tak tau kapan berakhirnya dan hanya bisa dirasakan oleh kita. Aku, kamu, Tuhan ku dengan Tuhan mu, selalu bersepakat dengan takdir kita setelah kita memperjuangkannya. Bertahanlah sayang,, aku tau ini dosa tapi aku lebih berdosa jika selalu melihatmu menangis terus-menerus dalam kebun malam yang indah ini.”
#FF2in1


Ini Pemujamu, Nona..


Lagi-lagi aku tak berkedip melihat wajahnya yang penuh dengan keringat membuat poni rambut di dahinya basah. Tapi aku menyukainya, melebihi rasa suka pada semesta.. Mocca—adik kelas yang membuatku betah berlama-lama dilapangan basket setiap hari Rabu. Aku suka cara dia memainkan mata untuk memburu bola dan mengiringi bola dalam ring. Kekagumanku sejak awal melihatnya membuat aku semakin tak berdaya. 

“Apa yang kau lihat?”

Pertanyaan yang selalu ia lontarkan setiap hari, ketika ia mendapatiku berburu keindahannya sangat terngiang difikiranku setiap harinya. Tapi, memang dasar hati! Tak pernah berkompromi.. lagi-lagi aku hanya tersenyum dan berlalu meninggalkan ia  yang selalu mengerutkan dahinya tanda ia kebingungan dengan sikapku.

Aku memang lelaki, aku merasa gentle. Tapi untuk yang satu ini aku mengalah pada keindahan. Keindahan atas ciptaan Tuhan yang sangat sederhana untuk mencari bahagia membuatku terasa damai dan tenang. Biarlah rasa kekagumanku hanya berpesta dalam hati, selebihnya biar Tuhan yang bercerita.

Sebuah gelang yang cantik berwarna perak, dihiasi mutiara bertuliskan huruf “M”  sudah kugenggam sebelum ia latihan basket hari ini. Jantungku marathon ketika aku berkali-kali melihat jam arloji dan menunggu waktu untuk memberinya. Tapi, memang dasar hati! Atau memang aku pengecut? Aku tak berani menatapnya hanya untuk sekedar mengucap “Hai.” Apalagi langsung memberikan gelang begitu saja.

Seakan cupid pecundang yang sedang memberikan pengarahan dan mengantarkanku untuk menaruh gelang  disamping botol minumannya. Ku letakan gelangku bersisian dengan botol minumannya tanpa sepengetahuan siapapun. Aku langsung pergi dan duduk ditempat semula, ku amati dari kejauhan setelah ia beristirahat dan mengambil botol minumannya. Tampaknya ia tak melihat dan berlalu begitu saja. Aku tertunduk lesu bahkan dua kali lipat! Setelah gelang pemberianku berada dalam genggaman orang yang tak ku kenal.

Ah… mencintaimu dalam diam, menyukaimu dalam diam. Harusnya aku mempunyai sedikit keberanian untuk mengatakan “Aku pemuja rahasiamu..dulu dan sekarang..”

#FF2in1


Aku Boleh Ya, Jadi Pacar Kamu Sehari

Selasa, 19 Februari 2013


Kamu,, 
Sudah tiga tahun mengenalmu dan sekarang aku menikmati kepergian kamu dengan orang lain setelah dia..
iya,, Dia dahulu adalah mantan kamu sebelum aku kenal denganmu dan seseorang yang sekarang adalah pacar kamu setelah aku kenal denganmu.
Kenapa demikian? 
Setelah sekian lama, aku berusaha mati-matian menangkap sinyal kewibawaanmu. mencoba merayumu dalam senyuman indahmu..
Dan apalagi semua yang menjadi bentuk tentangmu, merubah wacana hidupku menjadi sepasang kekasih yang merindukan kedatanganmu.

Apa kamu tak pernah melihatku setiap kamu mengeluh, setiap kamu putus asa, setiap kamu terpuruk ada aku yang selalu memberimu semangat?
Apa kamu tak pernah menganggapku setiap kamu sukses dengan kepribadianmu, setiap kamu bahagia dan setiap kamu pergi bersenang-senang?
Apa yang salah dari cara ku dekat denganmu? Sampai kamu membutakan mata dan telingamu dan memilih orang yang ku anggap salah..

Aku telah berdiri disini dan berada disini jauh sebelum dia datang untuk menggoda perasaanmu..
Aku telah bersusah payah untuk bertahan dari goncangan angin dan badai hanya untuk menunggu kapan kau kembali dan masih melihatku bertahan sendirian..

Aku boleh ya jadi pacar kamu sehari..
Aku ingin merasakan jiwamu dan membelai rambutku dengan hangat..
Aku boleh ya jadi pacar kamu sehari..
Aku ingin merasakan genggangam tanganmu dan kecupan dikeningku..

Awalnya, aku rasa semua caraku mudah untuk kau balas.Tapi ternyata, aku salah menilai seseorang yang baik dan seseorang yang merubahku dengan jadi lebih baik. 
Biarkan aku tetap menunggumu, sampai kamu tau caranya merubah aku untuk hidupmu..
Karena yang benar dan salah sekarang hanya terletak dalam kepribadianmu..

Kamu lelaki..
Yang selalu terus ku anggap istimewa, walau berkali-kali kau menyakitiku dengan cara yang teristimewa..
Tapi memang aku seorang wanita yang keras kepala.
Tak peduli apa yang kau lakukan dan hanya untuk membiarkanmu senang..

Kamu lelaki,,
Yang selalu menggangguku dan membuatku haus akan kediaman lelaki yang mencoba berdesakan dalam hatiku..
tapi selalu saja tempatmu sangat eksklusif dalam hati..
Tak peduli berapa banyak yang mencoba menawarkanku keindahan dan berusaha memberikan penawarnya dalam keadaan yang tak jelas..

Tapi lagi-lagi aku memang keras kepala..
Aku terus membohongi perasaanku dengan keadaan yang nyaman..
Biarlah, kamu bekerja dengan sendirinya dalam otak dan tingkah lakumu..
Asalkan, jangan pernah ada yang kau sentuh untuk disakiti selain aku..

Aku masih disini dan mencoba meminta untuk jadi pacar sehari kamu..
ya,, Aku boleh ya jadi Pacar kamu sehari aja..


Tuhan Kita Berbeda 2


Sudah berapa kali kita meratapinya berulang-ulang? suara bising dalam hiruk pikuk stasiun Tebet tak membuat kita menyudahi diam.Bertahan lebih lama, untuk mengetahui siapa dulu yang mewakili ucapan kita. Aku tau, sudah banyak orang yang melihat kita sebagai topik pembahasan mereka yang bosan menunggu kereta kapan datang. Tatapan mata mereka seakan bertanya bahwa kita sedang berkelahi. 

"Kita mau kemana?" ternyata ia lebih dulu bertanya padaku, nampaknya raut wajah mengalah sudah terlihat bersama hembusan nafasnya yang berat.
"Gak tau."
"Yaudah, ke masjid dulu udah adzan maghrib."

Ku lihat jam arlojiku hampir mengarah pada waktu adzan maghrib. Aku mengekornya sembari melihat ujung sepatuku yang sangat cepat melangkah, menyamai langkah kakimu yang semakin tergesa-gesa.


Dua tahun sudah aku hampir tak mengenal perbedaan kita, nampaknya aku akan menggilai bahkan menikmati waktu detik demi detik kebersamaan kita. Kamu, yang selalu mengingatkanku untuk menyuruhku sholat dan menungguku didepan masjid sembari membuka Alkitab mu..

"Mas, gak sholat?" seorang pria menepuk pundaknya.
"Saya non islam mas."
"Maaf."
"Gak apa-apa."

Senyum yang ikhlas selalu nampak diwajahku setelah aku merapihkan kerudungku dan keluar dari masjid sembari melihat kamu duduk dan serius membaca Alkitab mu. Kita berdua memang sangat mentaati agama, selalu membawa apa yang kita butuhkan untuk bertemu dengan Tuhan dimana kita berada. Tapi entah mengapa,untuk urusan perasaan kita hanya bisa termenung dan berharap Tuhan memberikan penjelasan mengapa perasaan ini ada setelah perbedaan itu sangat nyata.

"Aku lapar."

Ia menatapku setelah memasukan Alkitab kedalam tasnya. Aku sangat suka senyumannya dia yang sangat damai dan dewasa. Aku menyukainya, walau kita tak pernah ada kata untuk mengikat sebagai sepasang kekasih yang berpacaran. 

"Kita makan pecel ayam di sana aja ya." 

Aku tau, waktu yang sebentar ini tak akan ku buang percuma. Setelah akhir-akhir ini kita jarang bertemu karena memutuskan untuk hidup sendiri dan belajar untuk melupakan. Pada akhirnya kamu menghubungiku dan berkata bahwa kamu tersiksa.. Ya, akupun juga sama sepertimu. Tak pernah melihat senyum manismu lagi sambil mengeja do'a-do'a kita bersama-sama adalah sesuatu yang sulit kurubah.

Kita memang ditakdirkan seperti ini. Bertemu. Entah bagaimana caranya Tuhan membuat kita semakin memburu kerinduan. Adakah cinta yang lebih sakit selain perbedaan keyakinan? sesakit-sakitnya kita sekarang, aku anggap selesai. Setelah kita bertemu dan berjalan beriringan sambil melangkahkan kaki bersama. Aku selalu berandai-andai, langkah kaki kita akan berada di tempat langkah kaki Tuhan, dimana kita akan bersama-sama hidup sampai aku atau kamu dipanggil Tuhan.

"Gak apa-apakan makan dipinggir jalan gini?"

Aku mengangguk. Bagiku, setiap bersamanya adalah perjalanan yang tak boleh di sia-siakan. Walau berulang-ulang ketika bersama, ia tak pernah menggandeng tanganku atau merangkul pundakku. Ajaran agama mu bukan muhrim--katanya. Ia sangat menghormati agamaku dan akupun akan sangat menghargai agamanya.

"Kamu makannya jangan lelet. Ntar kemaleman."
"Itukan udah kebiasaan aku. lama."
"Kamu ngeyel aku bilangin."

Aku terkekeh kearahnya, ingin sekali aku mengacak-acak rambut poninya sambil mencubit badannya yang kurus. Aku menginginkan suasana seperti ini, berdua dimanapun tempatnya dan selalu menikmati perhatiannya. 

"Abis kamu makan, ada yang pengen aku omongin." 

Aku menatapnya lirih, perasaan gusar tiba-tiba timbul dalam hatiku. Aku sangat yakin, ia akan menanyakan bagaimana kita selanjutnya? atau ia sudah menemukan solusi yang berat untuk jawaban dari kita selanjutnya. Bagaimanapun, bagian topik pembicaraan yang gak ngenakin adalah pembicaraan tentang kita. Aku tak ingin membahasnya untuk sekarang ini, aku tak ingin menambah prakteknya kita seperti kemarin untuk hidup sendiri-sendiri. AH! aku jadi tak berselera makan. Tapi dengan ucapannya tersebut aku rela memasukan banyak nasi dan pecel ayam di mulutku, agar cepat selesai.

"Udah selesai."

Iapun merapihkan piringnya dan menyeruput es jeruknya sambil menatap kedua manik mataku yang sempat kuhalangi dengan menundukan kepala.

"Kamu taukan, bagaimana dosanya kita dalam agama kalau kita maksain takdir buat nyatuin kita terus 
dalam keadaan kaya gini?"

Akupun mengangguk dalam kalimat permulaannya. Sebagian hati kecilku hampir berteriak dan menangis. mengapa aku tak pernah tega melihat keadaan kita yang semakin sulit ku hindari.

"Aku lebih milih diam. Aku lebih memilih berdebat dengan sang penguasa waktu. Aku berusaha sekeras mungkin, tapi tetap kita memang gak bisa disatuin. Orang tuamu adalah haji,mereka seorang panutan dan pengurus masjid. Sedangkan aku, diasuh oleh seorang pastur. Bagaimana kebodohan kita terjadi seperti ini, aku hanya berusaha berdamai. Tapi...."

Ia mengusap wajahnya sambil memejamkan kedua matanya. Aku hanya bisa diam dan ingin menangis lalu menyalahkan letak kesalahan kita yang tak bisa terbaca oleh siapapun. Semua orang hanya bisa berkata "lupain" tapi bagiku, untukku ini adalah bagian tersulit dalam melupakan seseorang. 

"Kamu seorang wanita, sangat lembut hatinya.. Aku gak ingin kamu ngerasain sakit kaya gini."

Yaa, ini adalah hadiah Tuhan yang diberikan kepada aku dan kamu. Ini adalah ujian tingkat kehidupan kita. Bagaimanapun keadaan kita,ucapan syukurlah yang harus tertanam dari diri kita. Kini aku menyadari, bagaimana seseorang yang disebut cinta sejati adalah seseorang yang terus memperjuangkan haknya tanpa ampun. Dan apakah ia adalah cinta sejatiku? cinta sejati yang sangat jelas pemisahnya.

"Aku akan berusaha sabar.. Aku akan berusaha ikhlas kalau emang ini jalan kita untuk.. berpisah."

Ucapanku kali ini untuk menyadarkan dia, bahwa aku tetap menjadi aku seperti dulu. Tak pernah terpuruk dan akan selalu mempercayai keajaiban Tuhan. Aku ingin ia tak bersusah payah memikirkan hidupku jika ia ingin mengucapkan sesuatu yang akan menyakiti hatiku..

"Kamu gak usah ngomong apa-apa. Biar takdir dan usaha kita yang bekerja."

Aku langsung bergegas berjalan menuju stasiun Tebet kembali, kali ini ia mengekorku dan mengikuti iringan langkahku. Sekarang, iringan langkah semakin berat dan tak ingin meninggalkannya sedetikpun. Aku tak ingin suasana berubah kembali seperti kemarin, seperti kita yang sepertinya tak pernah kenal. Aku ingin sekali berteriak dan memintamu untuk selalu bersamaku. Tapi ah... aku tak ingin memaksakan kehendakmu, biarkan ini jadi kehendakNya biarlah ini jadi upacara perjalanan hidup kita. Karena sesuatu yang dipaksakan akan bertanda hal-hal yang menyakitkan. Dan aku.. tak ingin menyakitimu walau kita sudah sama-sama merasakan kesakitan..

Peron pada stasiun Tebet, tak terlalu ramai seperti waktu sore tadi. Sudah jam delapan, itu tandanya semua orang yang pulang bekerja telah singgah dalam rumahnya masing-masing. Dan aku yang harus naik kereta menuju Depok, masih ingin berlama-lama disini dan lupa rasanya berada dalam rumah.

"Naik cepat, nanti kamu ketinggalan."

Aku mengangguk menatap wajahnya yang berada disampingku. sekarang, nampak sekali wajah raut yang gelisah bersama dengan air mata  yang menggenang dalam matanya yang bulat. Aku tau perasaannya kali ini sangat susah untuk meninggalkanku. Sama seperti aku yang pandai menyembunyikan kesedihan dalam senyumanku.

"Aku sayang kamu."
"Aku juga sayang kamu."

Aku berdiri di pintu kereta yang hampir tertutup. Ia melambaikan tangannya sambil tersenyum padaku. Pertemuan terakhir untuk malam ini, sangat indah hadiahnya.. Aku ingin bertemu dia kembali, bertemu dalam keabadian, bukan perasaan yang seperti ini.. Kereta telah melaju, dan aku tak bisa menatapnya lagi. Malam ini benar-benar membuat perasaanku tak karuan lagi. 

Jika yang tak ku ketahui adalah sesuatu yang harus kujalankan, maka tunjukanlah ketidaktauanku dalam perasaan yang berbeda dan dalam cara memperlakukan yang berbeda pula. Aku tak ingin menyalahkan perasaanku dan bahkan aku tak ingin membenci cara perkenalan ku dengannya. Biarlah Tuhan yang menyetujuinya, karena dialah yang mempertemukan kita. 

Aku berharap, kita baik-baik saja sebelum rasa ini hilang atau masih bertahan dalam wujud yang semakin sesak. Dua tahun lamanya, bukan seperti bocah ingusan yang selalu tertawa sambil bertanya "Tuhan Dimana?" 

"Kita sudah sama-sama dewasa, kita sudah sama-sama tau letak Tuhan kita dimana. Jadi, jangan susah untuk mencari kebenaran kita, karena kita disini masih percaya Tuhan tak tinggal diam dan tak pernah melempar dadu. Aku akan terus berdo'a dalam genggaman salibku dan kamu harus selalu berdo'a dalam sujud sajadahmu." Katanya dia demikian, sebelum kita mengenal arti sebuah pengorbanan





Jakarta, 
Pada waktu kita mengingat segalanya terjadi.


battlepujangga

Cute Running Puppy
RISTY PUTRI INDRIANI

Category list

Ads

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Blogger news

Clapping Hands

Twitter

Blogger templates

Clapping Hands
Clapping Hands