Biarkan Mata Bicara

Selasa, 18 Maret 2014

Sering aku terdiam melewati kata, membiarkan keadaan yang membaca bahkan merajut kata pada masa disaat jemari ini tak tergerak. Hanya mata yang berteriak, hanya mata yang bicara, hanya mata yang mampu terjemahkan hati agar tak lagi menjadi pemberontak.

 Disaat mulut terlelah pada sembarang waktu, di saat itu lah aku terpenjara pada akal pikiranku. Menantikan lagu sayup sapa bersimbah luka yang kau namakan cinta, mungkin saja aku terlalu malas untuk terbangun dari mimpi bodoh yang ku sebut setia.

Aku berdiri di reruntuhan hidup yang sempat kau singgahi, menginjak puing luka lalu membiarkan rasa sakitnya menjalar, sebagai pertanda bahwa aku harus melupa pada lembaran hidup yang pernah kau tempati dan kau telusuri sejauh mana dinding hati terhempas dalam sembarang waktu.

Kamu terlalu diam, ruas-ruas tawa menjadi hilang akal! Terkutuklah aku yang menjadi bisu dalam lembaran paruh waktu dimana saat jemari ini ingin bertekuk lutut memegang erat genggaman kuat sapaan rindu meski dalam kalbu.

Mata ini masih menahan pilu, mengembara jauh menutup jejak air mata. Tataplah aku sejauh mana kamu menyimpan sayatan kecewa, dalam lembaran hidup selama kita tempuh dalam pembaringan tepian janji, bahkan pada satu asa yang akan kau baca lewat mata ini.

Berantai dalam kata-kata yang belum pernah kau baca dengan jujur, karena perbendaharaan kata akan kau telusuri lewat mata. Semua yang berdebu akan kau buka dan kau baca lembar demi lembarnya. Serpihan terjebaknya nostalgia perihal bagaimana aku menyimpan harapan, luka, kekecewaan, janji dan penyatuan kita.

Di sini tak akan kau temui tentang penjelasan dalam ucapan, hanya mata yang mampu bicara. Manik mata warna hitam; di sini yang sempat kau lewatkan untuk mengetahui sisi paling jujur; di sini yang sempat kau lupakan tentang perpustakaan janji, kesetiaan, harapan; kelak; nanti dalam membius putaran waktu.
Oh, tidak. Aku terlupa. Sekarang kita disini, hanya tinggal pada kenangan; satu-satunya jembatan untuk mengingatmu. Tak ada lagi edisi kita. Tak ada lagi perihal tentang cinta. Penyatuan deretan do’a yang sempat kita ucapkan menggantung dalam sisi Tuhan.

Mungkin kepergian adalah penyatuan hati dalam jalan yang berbeda. Dan di sini; adalah tentang memaknai kejujuran yang akan pergi meninggalkan dinding hati. Sudah kau baca semua pada mata ini? simpan ditempat yang paling sembunyi, agar aku tak mengeja bahagia atau kesedihan dalam satu rasa; harapan semu itu.


Bekasi, 2014
Di dinding yang masih mengoyakan hatimu meski rumit


0 komentar:

battlepujangga

Cute Running Puppy
RISTY PUTRI INDRIANI

Category list

Ads

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Blogger news

Clapping Hands

Twitter

Blogger templates

Clapping Hands
Clapping Hands