Hidup masih baik-baik saja, tanpa Kamu- Koe-Ente-Lo!
Selasa, 22 April 2014
Diposting oleh
Risty putri indriani
Seringkali orang yang disakiti akan
merasa separuh hatinya menghilang,
nyaris tidak punya semangat hidup
dan akan menyalahkan diri sendiri atas rasa sakit hatinya. Atau bisa jadi
akan membenci orang yang telah menghujam, menohok dan menjleb hatinya. Sedemi
sumpah serapah, menghujani kata-kata yang nggak banget dilakuin tapi masih
dilakuin sama orang yang sakit hati. Yah, apalah kata-kata yang di share dalam jejaring sosial demi
kepuasan. Semoga tuh orang yang nyakitin baca dan bisa ngerti kalau elo sakit
hati, gitu? Nggak banget, sekarepmu, lah koe yang publish, bodo kalau dia ternyata ketawa-ketawa ngeliat ente yang
galaunya sampai sekampung. Ehm, bisa juga, galau kampungan.
Nggak ada dia, hari masih sama:
senin sampai minggu.
Nggak ada dia, waktu masih sama: 24 jam.
Nggak ada dia, ente masih bisa ngelakuin
hal yang biasa dilakuin, Kayak makan, tidur, nonton tv, baca buku, ngundang teman-teman party,
ngunjungin keluarga jauh, ngubek-ngubek empang, ngusir maling ikan, ngubah dandanan,
ngunci kamar kalau mau bobo, ngupil, ngutil, dan ehm,, nguatin diri untuk move
on #eh.
Bedanya? Kebiasaan. Udah biasa sama
dia, laporan tiap detik. “Sayang, aku mau jalan sama teman-teman”/ “Sayang, aku
lagi duduk nih” / “Sayang, aku lagi ngelangkah pake kaki kanan, sekarang kaki
kiri”
“Sayang, aku lagi napas…”
Namanya juga berpisah, pasti akan
merasakan kehilangan. Entah kehilangan aktifitas tanpa dia, tanpa berkicaunya
dia, tanpa ada dia yang bakal siap ngasih sandaran bahu kalau lo nangis. Semua bakal merasa hidup sendiri, mandiri, pemikiran
yang semula mengarungi hidup berdua dengan dia, memilih terjun ke dasar laut
dan berenang sejauh mungkin untuk menghindari kapal pengangkut cinta. Pret!
Nggak ada dia, hidup nggak bakal
berakhir. Toh, masih bisa ngelakuin hal yang biasa kita
lakuin. Nggak ada dia, hidup seharusnya gak hampa, karena hidup sebuah
perputaran roda untuk merasakan sedih, bahagia, perih, tertatih, tersungkur,
kehilangan, bahagia lagi. Seharusnya lebih jeli untuk memprioritaskan seseorang
yang setia mengabdi dalam kehidupan kita, keluarga dan teman.
Sumpah, janji atau komitmen yang
bukan dalam ikatan suci, bakalan punah dan hancur lebur jadi partikel-partikel
halus, berserakan tak menentu arah. Bukankah Tuhan tidak suka manusia yang
melebih-lebihkan? Kalau cinta, yasudah, nggak usah gombal pisan, nggak usah
ngasih barang-barang tanda cinta, kumaha atuh. Udah dikasih sama Tuhan,
bersyukur aja, menjaga dari yang Tuhan tidak suka. Kalau Tuhan seneng, pasti
dapet bonus.
Kehilangan cuma masalah waktu.
Bukan untuk merusak hati, bukan juga untuk merasakan galau, tapi bagaimana
membuat hidup lebih kuat dari biasanya, belajar menghargai ketika pernah memiliki
dan juga mengerti bagaimana cara memaafkan yang memang harus dimaafkan. Iya,
jangan ada rasa benci, jangan ada rasa kesal dan jangan ada kata menyesal untuk
seseorang yang pernah berdiam di hati koe, karena seperih apapun hati ente,,
dia pernah membuat dunia lebih bahagia dari biasanya dan lebih baik dari
pemikiran biasa.
Siapapun dia, sang pemberi
kesedihan setidaknya saat ini. Dia tidak berhak untuk disingkirkan, justru
berterima kasihlah karenanya ente di tempatkan dalam lingkaran pembelajaran
bagaimana cara memaafkan dan mengikhlaskan. Karena sebaik-baiknya pembelajaran
hidup, datang dari orang lama yang telah selesai berkisah, untuk kita petik
positifnya dan menjadi bekal biar gak terjatuh di lubang masalah yang sama
untuk masa depan.
Jadi, hidup masih baik-baik aja
tanpa ada dia. Asal ente bisa berdamai sama hati sendiri, caranya menjadi
pribadi yang lebih baik dan berprestasi. Rasa sakit nggak bakal bisa hilang
kalau belum bisa memaafkan dia. Asal koe-ente ngerti, rasa sedih, dongkol atau
patah hati nggak bisa merubah kondisi. Malah makin memperparah kehidupan. Nggak
doyan makan, nggak semangat aktifitas—Rugi!
Kita masih punya sisi yang
terkunci, masih punya pintu yang belum kita tembus, masih banyak jalan yang
belum kita tempuh. Baru buka satu sisi dan melewati pintu pada akhirnya putus
asa pada satu jalan udah nyerah? Koe ini nggak punya Tuhan?
Jangan maksain kehendak yang
sebenarnya bukan itu tujuan hidup kita, jangan terlalu menulis kisah hidup yang
nggak banget ditulis pake mohon-mohon. Akan ada yang berdiam dan tinggal di
hati pada waktu yang tepat, ketika koe-ente udah banyak belajar dan mengerti
strategi hidup. Karena orang yang akan singgah di hati ente, juga masih
berkelana ke rumah baru untuk belajar bagaimana menciptakan suatu kebahagiaan
dan komitmen sesungguhnya sebelum pulang ke rumah ente. Setdah, emang gitu yak!
Buat semua jadi pembelajaran hidup
dan jangan disesali. Kenangan nggak bakal bisa dihapus pake penghapus Ujian
Nasional sekalipun, soalnya kenangan adalah satu-satunya jembatan pengingat,
bahwa ente pernah belajar melukis kehidupan yang harus di koreksi supaya bab
akhir kehidupan nggak salah ngelukis lagi.
Sementara untuk menunggu menulis
sampai bab akhir kehidupan sama dia, koe-ente
belajar jadi pribadi yang lebih baik dulu lah .. Jangan nangis kayak bocah yang di PHP-in sama kang
balon. Ngomongnya ngasih balon, nggak taunya disuruh minta uang dulu. Aih,
apalah ini ada-ada saja.
Mau dapetin yang lebih baik, ya
harus jadi yang terbaik.
Pria mana yang tidak suka wanita
tangguh, mandiri, mengencani Tuhan setiap waktu, dan sukses?!
~Untuk ente-koe yang curhat ama ane tiap hari ataupun yang nggak~
Pret!
Label: history, tentangCINTA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar